Kebebasan berekspresi adalah salah satu pilar utama demokrasi, tetapi ia bukanlah kebebasan tanpa batas. Jika digunakan tanpa tanggung jawab, kebebasan ini dapat menjadi bumerang yang justru menghancurkan tatanan sosial. Penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan perundungan daring adalah beberapa contoh nyata bagaimana kebebasan berekspresi yang keblabasan bisa merusak kehidupan individu maupun masyarakat secara luas.
Maka, yang dibutuhkan bukanlah pembatasan yang menekan kebebasan, tetapi regulasi dan kesadaran kolektif yang memastikan kebebasan berekspresi tetap berada dalam jalur yang sehat. Hanya dengan keseimbangan antara hak dan tanggung jawab, kita bisa menciptakan ruang publik yang lebih aman, inklusif, dan bermanfaat bagi semua.
Jadi, sebelum berbicara atau mengetik sesuatu di media sosial, tanyakan pada dirimu sendiri: Apakah ini sekadar kebebasan berekspresi, atau sudah menjadi kebebasan yang keblabasan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI