Baru pada dekade 1980-an, industri kopi mulai bangkit kembali. Pemerintah mulai memberikan perhatian lebih pada sektor perkebunan, termasuk kopi, sebagai salah satu komoditas ekspor unggulan. Selain itu, petani kecil juga mulai berkembang, dengan banyaknya kebun kopi rakyat yang tumbuh di berbagai daerah.
Dalam dua dekade terakhir, Indonesia mengalami revolusi kopi yang ditandai dengan meningkatnya tren kopi spesialti dan third wave coffee. Kopi tidak lagi hanya dipandang sebagai komoditas ekspor, tetapi juga sebagai produk bernilai tinggi yang memiliki keunikan rasa dan karakteristik tersendiri. Beberapa daerah seperti Gayo, Toraja, Kintamani, dan Bajawa mulai dikenal sebagai penghasil kopi spesialti dengan kualitas premium yang diminati pasar internasional.
Posisi di Pasar Global dan Keunggulannya
Hingga saat ini, Indonesia tetap menjadi salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Data dari International Coffee Organization (ICO) menunjukkan bahwa Indonesia menempati posisi keempat setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia dalam hal produksi kopi global.
Keunggulan utama kopi Indonesia terletak pada keragaman varietas dan keunikan rasa yang tidak ditemukan di negara lain. Beberapa kopi khas Indonesia yang telah mendapat pengakuan internasional antara lain:
Kopi Gayo dari Aceh yang dikenal dengan cita rasa kompleks dan keseimbangan keasaman yang baik.
Kopi Toraja dari Sulawesi yang memiliki rasa earthy dan body yang kuat.
Kopi Kintamani dari Bali yang unik dengan aroma citrus yang segar.
Kopi Luwak, kopi termahal di dunia yang diperoleh dari biji kopi yang telah melewati sistem pencernaan musang luwak.
Selain itu, keberagaman metode pengolahan seperti giling basah (wet-hulled) yang banyak digunakan di Sumatra dan Sulawesi memberikan ciri khas tersendiri pada kopi Indonesia, menjadikannya favorit di kalangan pencinta kopi dunia.
Tantangan Industri Kopi Indonesia