Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mirisnya Bekerja di Indonesia Harus Serba Bisa, tapi Gaji Minim!

25 Februari 2025   09:56 Diperbarui: 25 Februari 2025   09:56 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah ini tidak hanya dialami oleh pekerja di sektor formal, tetapi juga di sektor informal dan freelance. Banyak pekerja lepas yang diminta untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas tinggi, tetapi hanya dihargai dengan bayaran yang sangat rendah. Bahkan, beberapa perusahaan memanfaatkan status "magang" untuk memperkerjakan tenaga kerja murah dengan beban kerja yang tidak kalah berat dibandingkan karyawan tetap.

Mengapa Perusahaan Enggan Membayar Lebih?

Salah satu alasan utama mengapa perusahaan di Indonesia enggan memberikan gaji yang layak adalah karena mereka berusaha menekan biaya operasional. Banyak perusahaan, terutama perusahaan kecil dan menengah (UMKM), memiliki keterbatasan anggaran sehingga mereka lebih memilih mempekerjakan sedikit karyawan dengan tanggung jawab yang luas daripada merekrut lebih banyak tenaga kerja.

Selain itu, masih banyak perusahaan yang berpegang pada pola pikir lama bahwa tenaga kerja di Indonesia "murah" dan mudah didapatkan. Dengan populasi yang besar dan tingginya angka pengangguran, banyak perusahaan merasa tidak perlu menawarkan gaji yang tinggi, karena selalu ada orang lain yang siap menggantikan pekerja yang keluar.

Regulasi ketenagakerjaan yang lemah juga menjadi faktor utama. Meskipun pemerintah telah menetapkan upah minimum, masih banyak celah hukum yang memungkinkan perusahaan menghindari kewajiban membayar upah yang layak. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah praktik outsourcing dan kerja kontrak, di mana pekerja tidak memiliki kepastian kerja dan sering kali dibayar di bawah standar yang seharusnya.

Dampak Buruk bagi Pekerja dan Ekonomi

Konsekuensi dari sistem kerja yang tidak adil ini sangat besar, baik bagi individu maupun bagi perekonomian secara keseluruhan. Bagi pekerja, tuntutan tinggi dengan gaji rendah dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan menurunnya kualitas hidup. Banyak pekerja yang harus mengambil pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yang pada akhirnya berpengaruh pada produktivitas dan kesehatan mental mereka.

Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan meningkatnya angka turnover karyawan. Banyak pekerja yang merasa tidak dihargai dan akhirnya memilih untuk pindah ke pekerjaan lain atau bahkan mencari kesempatan di luar negeri. Hal ini bisa berdampak buruk bagi perusahaan, karena tingginya angka turnover berarti mereka harus terus merekrut dan melatih karyawan baru, yang justru dapat meningkatkan biaya operasional dalam jangka panjang.

Dari sisi ekonomi, rendahnya upah pekerja juga berdampak pada daya beli masyarakat. Jika mayoritas pekerja tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, maka tingkat konsumsi akan menurun. Padahal, konsumsi rumah tangga adalah salah satu faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan perubahan besar dalam dunia ketenagakerjaan di Indonesia. Pemerintah harus lebih tegas dalam menegakkan regulasi ketenagakerjaan dan memastikan bahwa setiap pekerja mendapatkan hak-hak mereka, termasuk upah yang layak dan kondisi kerja yang manusiawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun