Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Again | Atlantis Genesis at Indonesian

2 Februari 2018   05:39 Diperbarui: 2 Februari 2018   05:43 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
frame.simplesite.com

Cloth kembali terduduk lemas bersandar pada batang pohon di belakangnya. Sejenak tercenung, apakah ia akan kembali ke rumah orang tuanya atau ia langsung pergi ke arah timur. Belum sempat pikirannnya menyusun alasan, dua sosok bayangan mendekat dan hadir pada pandangannya di antara rerumputan dan tanah yang terpancari sinar matahari. Cloth mendongak ke atas dan langsung terlonjak kaget mengetahui gerangan yang datang.

"Apa yang kamu perbuat hingga cuaca merubah suasanannya?"

Suara itu mencecar tajam dari seorang lelaki berperawakan kekar yang teryata adalah ayahnya. Ibunya pun mengekori dari belakang dengan wajah sedih memandang anaknya yang menjadi terdiam dan membisu.

" Maafkan Aku... Ayah... Ibu... Aku telah membunuh Hablur."

Wajahnya menunduk penuh penyesalan dan suaranya bergetar lemah.

"Arrghh.... kenapa kamu lakukan itu?!"

Suara sang Ayah semakin meninggi sementara tangannya tak sampai hati ingin memukul anaknya. Kedua tangan Hadire menjadi mengusap-usap dan menekan kasar kepalanya hingga rambutnya berantakan. Desire, sang ibu pun tidak bisa lagi menahan air matanya untuk mengucur deras dan memandang Hadire dan Cloth bergantian kemudian memeluk Hadire untuk berusaha menenangkannya sambil  terus menangis sesenggukan. Siang dan malam terus berganti, terlewatkan keluarga Taman Hidden ini tanpa kehadiran Hablur lagi di antara mereka. Hingga berselang Cloth menjadi seorang pemuda dewasa kekar seperti ayahnya dahulu.

"Pencipta itu telah menghukum Aku, dan Aku akan pergi ke arah timur sesuai petunjuknya."

Cloth kemudian memecah kesunyian setelah isak tangis mereda. Cloth memandangi Ayah dan Ibunya bergantian.

"Dan Aku akan meninggalkan kalian, entah bagaimana untuk kita bisa bertemu lagi..."

Perkataan Cloth terhenti ketika Ibunya melayangkan protesnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun