Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Again | Atlantis Genesis at Indonesian

2 Februari 2018   05:39 Diperbarui: 2 Februari 2018   05:43 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
frame.simplesite.com

"Aku hanya mendapati suara yang berbisik padaku sewaktu sedang mencari bahan makanan di padang sebelah barat sana."

Paman Salido menunjuk ke arah persis di mana arah Cloth datang. Dan tempat itu adalah lokasi di mana Cloth membunuh Hablur.

"Suara itu berpesan padaku untuk membawa domba-domba ini pulang, dan ia akan mengajariku cara memelihara...sehingga aku tidak perlu lagi berburu."

Akhirnya terjawab juga dugaan Cloth, bahwa mereka memang benar-benar domba-domba Hablur yang hilang. Ia benar-benar bersyukur ada yang merawatnya, dan kini dipertemukan.

"Hendak ke mana kamu Nak?"

"Aku hendak ke arah timur paman, mencari jalan ke tanah Nod. Paman mengetahuinya?"

"Aku tidak tahu, yang ku tahu hanya tempat kelahiranku Kuok, dan suatu daerah bernama Taman Hidden."

Wajah paman Salido sedikit berkerut sambil menerawang pandangannya kembali pada Cloth.

"Ah, paman pernah ke Taman Hidden? Itu tempat Ayah dan Ibuku berasal..."

Cloth pun semakin penasaran dengan mereka berdua. Sementara Salido coba mengikuti pembicaraan mereka yang membuat Inan mengurungkan jawabannya.

"Berhubung hari mulai gelap, mungkin paman bisa ijinkan Cloth menginap sembari melanjutkan kisah kalian."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun