Mohon tunggu...
Dandi HusniThamrin
Dandi HusniThamrin Mohon Tunggu... Administrasi - serabutan

bio

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Antisipasi Rasa Kecewa

25 Desember 2019   10:33 Diperbarui: 25 Desember 2019   10:38 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ah, bodo amat! Namanya juga usaha, kalau jodoh kan siapa yang tahu?" Gumamku sekali lagi.

"Tapi video call dulu, yah?" Balas ku untuk Ratih.

Tidak lama setelah pesan itu terkirim, Ratih membalasnya dengan mengirim nomor ponsel yang digunakan nya pada aplikasi Whatsapp. Tanpa membuang-buang waktu, akupun segera menyimpan nomornya, kemudian melakukan panggilan video melalui aplikasi Whatsapp.

Pada detik-detik awal, aku hanya termangu ketika melihat paras cantik wanita itu. Rambutnya yang bergelombang tergerai indah, lalu kiranya sebagian terlihat pirang akibat sorot mentari yang menerpa. Ia duduk dengan mengenakan baju hangat didekat jendela, lalu menekan halus bantal kecil yang berada dipangkuan nya.

Tidak ada banyak kata yang terucapkan selama panggilan video berlangsung, satu hal yang pasti, kami berdua sepakat untuk saling bertemu. Baru saja ingin memberitahu tempat dan waktu untuk bertemu, namun layar ponsel redup seketika. Aku gelisah, merasa tidak enak hati akan janji yang telah dibuat untuk Ratih.

Ditengah pikiranku yang kacau, satu nama tempat makan muncul dalam ingatanku. "Momentum", sebuah nama tempat makan yang menyediakan puluhan lebih stopkontak dan juga akses jaringan internet terbuka. Seingatku lokasinya tidak jauh dari sekitaran sini, jika aku segera bergegas, maka janji yang telah dibuat akan bisa diselamatkan.

Langkahku yang tergesah-gesah pun berhenti, kini aku sudah berada didepan tempat itu. Dari luar saja sudah bisa dilihat desain interiornya yang memiliki nilai estetika tinggi, tidak heran jika pengunjung yang datang cukup ramai. Walaupun begitu, suasana yang berada didalamnya terbilang cukup kondusif dan nyaman. Bangungan yang mengusung konsep kebun dan rumah klasik membuat para pengunjung seolah berada dipekarangan rumah nenek.

Aku langsung menempati meja yang berada didekat jendela. Sambil memilah-milih menu yang hendak dipesan, akupun mengisi kembali daya baterai dan segera mungkin menghubungi Ratih. Pepatah kuno mengatakan, "Sambil menyelam, minum air. " Daripada aku harus repot-repot untuk mencari tempat bertemu,   mungkin sebaiknya ditempat ini saja.

Pesan singkat telah kukirm padanya, berkata untuk memberitahukan lokasi tempat kami dapat bertemu. Ia pun setuju, sebab katanya tidak jauh pula dari apartment tempat nya tinggal. Setelah nya, hanya perlu menunggu sampai ia tiba disini.

Aku kembali memusatkan diri pada buku menu. Perlahan membolak-balikan halaman untuk mencari makan dan minuman yan sesuai selera. Hingga pada sebuah halaman, tanganku berhenti membalikannya. Makanan sederhana yang biasa kusantap kala itu, mengingatkanku akan hangatnya suasana kebersamaan pada sore hari lalu.

Aku memesan nya dengan porsi dua, juga roti panggang sebagai hidangan ringan yang dapat kumakan kala menunggu sampai Ratih tiba. Beberapa waktu setelahnya pelayan kembali, dengan piawai Ia membawa sebuah teko dan tiga cawan kecil yang terbuat dari keramik tanah liat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun