Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dinding

7 Mei 2018   15:32 Diperbarui: 7 Mei 2018   16:20 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Seiring pertikaian yang beruntun, rumah terasa semakin kosong. Perabot dan barang-barang rusak, pecah, atau patah. Sebagian besar tak bisa diperbaiki dan berakhir di tempat pembuangan. Perabot dan barang-barang itu telah menjadi saksi perjalanan yang diawali dengan tawa dan kebahagiaan. Bila keindahan itu akhirnya menjadi malapetaka, semua itu tak lain disebabkan dinding-dinding yang telah menjajah pikiran suamiku.

Malapetaka bermula ketika suatu hari aku memergoki suamiku sedang berlama-lama menatap dinding rumah. Noda lumpur memenuhi dinding abu-abu itu. Entah dari mana dan siapa yang menyebabkannya. Aku sungguh terperanjat saat mendapati lumpur yang mengotori sepasang kaki dan tangannya.

"Kau yang menyebabkan semua ini?" tanyaku sedikit cemas.

Ia tersenyum dan mengangguk. "Jangan cemas, aku akan membersihkannya. Kita cuma membutuhkan sekaleng besar cat berwarna putih."

Awalnya, aku berpikir tak ada yang salah dengan kata-katanya itu. Aku menemani bahkan turut membantunya membersihkan noda lumpur dan mengecat seluruh rumah dengan cat baru. Ketika pekerjaan melelahkan itu berakhir, seisi rumah terlihat bersinar. Cat berwarna putih telah mengusir kesuraman yang sebelumnya dihadirkan oleh warna abu-abu.

"Bagaimana menurutmu?" Sepasang mata suamiku nampak bercahaya. "Indah, bukan?"

"Ya, rumah ini kelihatan bersih," pujiku senang.

"Kau suka?"

"Sangat. Aku malah berpikir untuk membeli beberapa perabot baru."

Suamiku mengangguk setuju. Hari itu juga kami pergi membeli sofa, meja dan satu set peralatan makan. Semuanya berwarna putih. Ia yang memilihkan dengan alasan agar serasi dengan warna dinding. Aku lalu menyadari, pendapatnya itu sungguh tepat manakala semuanya telah tertata apik di dalam rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun