"Bayang-Bayang yang Tak Pernah Kalah"Â
Di tanah ini, bunga yang tumbuh terlalu tinggi akan dicurigai.
Yang mekar terlalu cepat akan diawasi.
Yang wangi terlalu kuat akan disalahkan.
Padahal ia cuma ingin hidup,
bukan merebut singgasana milik gulma.
Bayangan besar di belakangnya tidak datang membawa hujan,
tidak pula angin atau perlindungan.
Ia hanya berdiri, menggelapkan cahaya,
mewakili sesuatu yang tak pernah benar-benar terlihat
tapi selalu memutuskan segalanya.
Mereka bilang:
"Tenang saja, kami jaga kalian."
Tapi tangan yang sama itulah yang mencabut akar dengan halus
dan menanam ketakutan dalam-dalam.
Di rapat yang katanya demi rakyat,
mereka ribut soal rasa sambal dan harga makan malam,
sementara kami masih sibuk memilih:
beli nasi atau bayar utang listrik minggu depan.
Ketika bunga itu mencoba bicara,
angin pun diarahkan agar suaranya tersesat.
Ketika bunga itu bersinar,
awan disusun ulang agar langit kembali mendung.
Ini bukan dongeng,
ini negeri yang terlalu sering pura-pura bahagia
agar bisa terus disebut 'damai'.
Tapi satu bunga bisa mekar,
maka akan ada dua, tiga, seribu lainnya,
dan bayangan sebesar amenan tak bisa selamanya menang
melawan yang hidup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI