Generasi ke-3
Toko Kapal Selam ini telah berdiri sejak tahun 1930-an. Toko ini dulu adalah toko kelontong, menjual berbagai alat rumah tangga dan bahan makan rumah tangga. Namun kemudian fokus hanya menjual kopi saja hingga sekarang ini.
Chandra adalah generasi ke-3 yang mengelola toko ini. Kakek Chandra mendirikan dan membangun toko ini di kawasan Pecinan Pasar Baru Kota Bandung. Menjelang akhir tahun 1930-an, Perang Dunia (PD) ke-2 berkecamuk dan kapal selam adalah salah satu armada perang yang ikut andil dalam PD ke-2 tersebut.
Gara-gara perisrtiwa kebakaran tersebut, akhirnya toko tersebut menghentikan usaha kelontongnya. Toko Kapal Selam fokus berjualan kopi saja. Puing-puing kebakaran tidak lantas memadamkan semangat untuk membangun kembali usaha jualan kopi. Padahal 4 buah mesin grinder kopi buatan Bulgaria ikut hangus terbakar.
Kini, Toko Kapal Selam telah menapaki hidupnya di generasi ke-3. Walau fokus menjual kopi, di rak-rak di dinding, dijual juga botol-botol sirup manis berbagai rasa. Dan di atas rak-rak pajangan kaca, dijual juga gula-gula semut dari kawung, titipan dari pelaku UMKM di desa.
Ciri khas nama Kapal Selam, tertera dalam bungkus plastik yang mengemas bubuk dan biji kopi yang dibeli konsumen. Bungkus plastiknya biasa saja, tapi isinya itu luar biasa.
Lalu saat sebagian masyarakat mulai dininabobokan naiknya pamor kopi di kafe, Toko Kapal Selam pun pernah limbung. Banyak pelanggan yang sesat, menjadi penikmat kafe. Bukan penikmat kopi.
Namun karena namanya Kapal Selam, dia tidak pernah karam. Dia selalu menyelam lalu naik timbul ke atas. Dia akan selalu membawa kita meyelami kedalaman rasa kopi yang tak akan pernah sama sensasinya di setiap orang.
Jadi ini Toko Kapal Selam, Bukan Toko Pempek
Oh, kalau begitu kamu mengibuli saya. Itu mah namanya Toko Kapal Selam. Bukan Toko Pempek. Demikian protes dari teman, sahabat dan saudara.