Mohon tunggu...
Raden Firkan Maulana
Raden Firkan Maulana Mohon Tunggu... Pembelajar kehidupan

Menulis untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Beli Kopi di Toko Pempek

9 Mei 2025   17:44 Diperbarui: 9 Mei 2025   19:19 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bangunan Toko Kapal Selam.  (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Biji-bji kopi itu menumpuk dalam karung-karung yang diletakkan begitu saja di lantai toko tersebut. PosisinyA tidak beraturan. Malah adaa juga biji-biji kopi yang dikemas dalam kantung plastik bening dengan ukuran besar.

Pembeli bisa membeli kopi di toko tersebut, berupa biji dan juga bubuk kopi yang digiling, bisa giling kasar dan giling halus. Jumlah minimal kopi yang bisa dibeli adalah 250 gr.

Harga kopi Arabica yang paling mahal di toko ini adalah Kopi Wamena seharga Rp 360 ribu per kg nya. Lalu disusul Kopi Gayo seharga Rp 300 ribu per kg.

Sedangkan kopi Robusta yang paling mahal di toko ini adalah Kopi Liwa dan Dampit, masing-masing seharga Rp 220 ribu. Liwa itu nama daerah di pesisir barat Lampung. Sedang Dampit adalah nama daerah di Kabupaten Malang. Tadinya saya pikir Dampit nya itu Dampit Cicalengka yang berada di Kabupaten Bandung (dekat Nagreg).

Biji kopi pesanan  (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Biji kopi pesanan  (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Karena saya penikmat kopi Robusta, maka keempat jenis kopi tersebut sudah saya coba. Saya paling suka dengan kopi Dampit. Testur rasanyaa, pahit dan kental sangat cocok dengan lidah saya.

Saat saya minta kopi digiling halus, saya paling suka saat biji kopi dimasukkan ke dalam mesin penggilingan (grinder) kopi yang umurnya lebih tua dari Chandra (sekitar 50 tahun). Saat terdengar bunyi berisik mesin yang menggiling biji kopi, lalu menumpahkannya menjadi bubuk kopi, saya mencium aroma kopi yang sangat aduhai nikmat.

Ada 2 mesin penggilingan kopi di toko itu. Sangat kuno. Sangat jadul. Mesin itu bekerja mekanis dengan digerakkan oleh tenaga listrik. Saat mesin selesai menggiling biji kopi, Chandra akan memukul-mukul bagian kepala dan leher mesin itu. Setelah dipukul, remah-remah bubuk kopi yang tersangkut akan meluncur turun ke baki penampungan kopi.

Dua mesin grinder kopi  (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Dua mesin grinder kopi  (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bau kopi itu khas. Sangat menggugah selera. Chandra mengatakan kalau untuk Robusta biar tidak terasa pahit rasanya, bisa digiling kasar dengan masih ada kulit kopinya. Saya bilang, saya lebih suka yang pahit. Jadi saya selalu minta giling halus.

Kopi Arabica yang saya pernah beli adalah dari Lembang dan Ciwidey. Namun jarang, karena saya kurang suka yang asam. Kopi asam yang saya suka sebetulnya Kopi Gayo. Saat dulu tinggal di Aceh, pasti pagi, siang, sore dan malam saya selalu minum kopi di warung kopi Aceh.

Saya juga pernah membeli kopi campuran Arabika dan Robusta. Komposisi yang saya pilih, Robusta 70% dan Arabica 30%. Rasanya? Wow .... rasa pahit asam getir berpadu satu, hahahaha. Cukup. Sekali saja.

Memukul mesin kopi  (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Memukul mesin kopi  (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun