Mohon tunggu...
Muchamad Fikrul Alam
Muchamad Fikrul Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah Muchamad Fikrul Alam, mahasiswa jurusan Sastra Inggris di Universitas Airlangga. Seorang individu yang memiliki ketertarikan yang besar pada filsafat, politik, sastra, dan budaya. Hobi saya adalah traveling. Saya memiliki kepribadian yang tekun dan teliti dalam setiap hal yang saya lakukan. Saya selalu ingin belajar banyak hal baru, yang terkadang membawa saya ke dalam tantangan dan perjalanan yang baru. Saya juga memiliki ambisi yang besar untuk mencapai tujuan dan impian saya. Dalam waktu luang saya, saya senang membaca dan mempelajari hal-hal yang menarik minat saya seperti filsafat, politik, sastra, dan budaya. Saya percaya bahwa dengan memperdalam pemahaman saya terhadap topik ini, saya dapat menjadi lebih bijaksana dan terbuka terhadap perspektif dan sudut pandang yang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Lokal vs Algoritma Global: Siapa yang "Menang" di Era Media Sosial

10 Oktober 2025   17:38 Diperbarui: 10 Oktober 2025   17:38 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlindungan terhadap homogenisasi budaya. Risiko bahwa budaya lokal berubah bentuk drastis agar cocok dengan selera massal yang diatur oleh algoritma sehingga ia dimungkinkan akan kehilangan keaslian, menjadi "kliselokal" yang hanya menjadi "ornamen".

Harapan & Jalan ke Depan

Meski ada tantangan, ada banyak peluang bagi keduanya untuk saling bersinergi. Beberapa langkah konkret yang bisa dijalankan agar budaya lokal tetap kuat di era algoritma global:

  1. Kolaborasi kreator lokal & global: Dengan bekerja sama dengan influencer besar, bisa membantu budaya lokal menjangkau audiens yang jauh lebih luas tanpa harus menghilangkan keunikan.

  2. Penggunaan teknologi lokal dalam produksi: Misalnya menggunakan bahasa daerah sebagai narasi utama, musik lokal, gaya budaya setempat dalam visual, yang bisa membedakan kontenmu dari konten global generik.

  3. Pelibatan komunitas: Komunitas lokal bisa aktif merekam adat, cerita, musik, dan mempublikasikannya di media sosial sebagai bentuk "arsip digital". Ini juga bisa menarik minat wisata budaya dan ekonomi kreatif.

  4. Pendidikan & pelatihan: Memberikan akses kepada generasi muda di daerah terpencil agar bisa belajar konten digital, editing video, storytelling, strategi media sosial.

  5. Kebijakan publik yang mendukung: Pemerintah atau lembaga budaya bisa memberi dorongan lewat program, hibah, festival digital, atau platform yang memprioritaskan konten budaya lokal.

Dalam kultur digital yang bergerak cepat ini, bisa dikatakan bahwa algoritma global memang punya keunggulan dalam hal jangkauan, otomatisasi, dan daya tarik massa. Tetapi budaya lokal belum mati,  ia bertahan, beradaptasi, bahkan berkembang, terutama di tangan kreator yang cerdas dan komunitas yang peduli.

Siapa yang menang? Untuk sekarang, mungkin kultur campuran-lokal-global (hybrid culture) yang menang bukan yang murni lokal atau murni global. Budaya lokal yang fleksibel, kreatif, dan memahami dinamika media sosial punya peluang besar untuk dipertahankan dan disejajarkan dengan tren global.

Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa algoritma tidaklah musuh, ia dapat menjadi sarana. Budaya lokal yang kalah bukan karena tak layak, melainkan kadang karena kurang strategi, kurang modal, atau kurang dukungan. Jika semua elemen seperti kreator, audiens, institusi bergerak bersama, budaya lokal bukan hanya akan ikut "berjalan" di atas jalur algoritma global, tetapi bisa "memimpin irama".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun