Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Misterius

13 Oktober 2018   21:19 Diperbarui: 13 Oktober 2018   21:44 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber:http://putrawangsacorp.blogspot.com)

Segelas Brugal menemani racauanku. Aku meracau. Aku kacau. Tak peduli tubuhku mulai hilang keseimbangan. Aku limbung. Sesekali aku terjatuh dan seseorang meraihku. Mengangkat tubuhku dan menggamit lenganku menjauh dari meja berisi serakan gelas dan botol-botol minuman sejenis rum yang tak habis. Entah bekas siapa.

Malam semakin larut. Irama musik semakin mendegum. Semakin menggetarkan apa saja yang ada di dalam arena "ketinggian". Arena paling nikmat bagi para penggemar dunia malam dengan segala kegembiraan yang semu dan sesaat. Mereka hanya ingin melepas penat. Dan bisa dipastikan, mereka yang ada dalam arena itu bukan termasuk orang yang bahagia dengan kehidupan realitanya. Mereka butuh pelarian.

Aku ? apa aku termasuk yang tidak bahagia dengan hidupku ? sampai aku ada di arena ini ?

"aku nggak papa...gak usah kamu tarik tarik aku yaa..." cerocosku pada seseorang yang telah memapahku saat terjatuh tadi.

Lelaki itu tersenyum dan hanya menjawab dengan kepulan asap yang keluar dari ujung kreteknya.

Aku mendekatkan bibirku ke telinganya, "aku mau turun...jangan kamu cegah aku ya !"


Tanpa menunggu jawaban, aku berusaha bangkit dari duduk. Lelaki itu mencegahku. Cengkeraman tangannya membuatku tak kuasa meneruskan langkahku. Aku berhenti. Tepat di hadapannya. Di depan batang hidungnya.

Sesaat kami beradu pandang. Meski aku tak sanggup mengenalinya. Pandanganku kabur. Aku hanya melihat bayangan. Bayangan yang menyatu dengan beban yang ada di otakku. Berputar-putar. Silih berganti. Perceraian orangtuaku. Penyakit yang diderita adikku. Pacar yang selingkuh. Hutang menumpuk sampai kredit mobil yang sudah menunggak tiga bulan. Ah !

Lelaki itu menyeretku keluar arena klub malam dengan sedikit memaksa. Tanganku memerah.

Wuuueeeeekkkkkkkkkkkk.....!!! Grrrrrrrrueeeeekkkk !!!

Aku muntah.

"masuk..." lelaki itu menyuruhku masuk dalam mobilnya

"eh, aku punya mobil sendiri...gak perlu kamu repot kasi tumpangan buat aku ya ! aku masih sanggup bayar mobilku ! gak bakalan mobilku disita ! aku sanggup !" aku masih terus meracau

"masuk, kuantar kamu pulang !" lelaki itu tak peduli dengan racauanku

Entah mengapa, aku tak kuasa membantahnya. Ketika melihat sorot matanya yang tajam, aku seperti luluh dan jatuh dalam dekapannya.

Sorot mata itu tak pernah kutemui sebelumnya. Sorot mata yang menenangkan dan menyenangkan. Begitu menenangkannya hingga mampu mengalahkan egois dan keras kepalaku. Bahkan disaat aku sedang "ketinggian" sekalipun.

Tak banyak kata yang keluar darinya, tapi genggamannya membuatku merasa aman dan nyaman.

"tenang aja. Mobilmu aman.." katanya sesaat setelah mobil melaju

Aku mengangkat kakiku dan duduk menghadapnya, "kamu siapa ? kenapa nolongin aku ?"

"nggak harus kenal kan untuk nolongin kamu ?"

"ah, kamu misterius...aku panggil kamu mister M ya...mister Misterius....hahahaaa..." ucapku sambil tergelak

Lelaki itu hanya tersenyum dan tetap melajukan mobilnya dengan baik.

"rumahku jauh...sanggup antar ?"

"pasti sanggup."

"aaahhhh...mister M so sweeeetttt..." pengaruh alkohol masih merasuki otakku. Entah apa yang kuucapkan. Kadang aku pun tak tahu. kadang aku meracau. kadang aku sesenggukan. kadang aku marah. bahkan kadang aku tak punya malu untuk merayu.

"tidurlah...nanti kubangunkan saat tiba..." katanya dengan lembut

Benar saja. Kata-katanya bagaikan sihir. Aku terlelap seketika. Hingga tak sadar, mobil berhenti dan lelaki itu menepuk bahuku. Membangunkanku.

"turunlah...sudah sampai depan rumahmu..."

Aku terkesiap sejenak. Perlahan pengaruh alkohol mulai berkurang. Aku mulai tersadar. Meski kepalaku terasa sangat pusing dan membuat jalanku terasa oyong.

Setelah membenarkan rambutku, aku sempat memandangi lelaki itu dan mendaratkan satu kecupan di bibirnya, "thanks ya..." ucapku sembari bergegas turun dari mobil.

Aku berdiri di depan pagar, memastikan mobil dan lelaki Mister M telah melaju meninggalkanku yang mulai gelisah tak karuan.

"siapa lelaki itu ? damn ! kenapa tak kutanyakan nomor telponnya ! ah ! bodohnya !" bersungut-sungut aku sambil masuk ke dalam rumahku yang gelap gulita, segulita kehidupanku. Terdengar adikku merintih kesakitan di kamarnya. Esok ketukan palu perceraian orangtuaku, dan bulan depan mobilku harus disita. Ah !

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun