"rumahku jauh...sanggup antar ?"
"pasti sanggup."
"aaahhhh...mister M so sweeeetttt..." pengaruh alkohol masih merasuki otakku. Entah apa yang kuucapkan. Kadang aku pun tak tahu. kadang aku meracau. kadang aku sesenggukan. kadang aku marah. bahkan kadang aku tak punya malu untuk merayu.
"tidurlah...nanti kubangunkan saat tiba..." katanya dengan lembut
Benar saja. Kata-katanya bagaikan sihir. Aku terlelap seketika. Hingga tak sadar, mobil berhenti dan lelaki itu menepuk bahuku. Membangunkanku.
"turunlah...sudah sampai depan rumahmu..."
Aku terkesiap sejenak. Perlahan pengaruh alkohol mulai berkurang. Aku mulai tersadar. Meski kepalaku terasa sangat pusing dan membuat jalanku terasa oyong.
Setelah membenarkan rambutku, aku sempat memandangi lelaki itu dan mendaratkan satu kecupan di bibirnya, "thanks ya..." ucapku sembari bergegas turun dari mobil.
Aku berdiri di depan pagar, memastikan mobil dan lelaki Mister M telah melaju meninggalkanku yang mulai gelisah tak karuan.
"siapa lelaki itu ? damn ! kenapa tak kutanyakan nomor telponnya ! ah ! bodohnya !" bersungut-sungut aku sambil masuk ke dalam rumahku yang gelap gulita, segulita kehidupanku. Terdengar adikku merintih kesakitan di kamarnya. Esok ketukan palu perceraian orangtuaku, dan bulan depan mobilku harus disita. Ah !
***