Mohon tunggu...
Fian N
Fian N Mohon Tunggu... Penikmat

Menulis adalah cara saya berdiskusi dengan segala kegelisahan di kepala. Penggagas Pondok baca Mataleza. Menyukai apa saja dan kamu.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Memilih Berpisah Agar Lekas Jadi Cerita

26 September 2025   19:10 Diperbarui: 26 September 2025   20:13 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokrpi: GeminiAI (Seorang lelaki dan perempuan di sebuah taman)

Ada momen di mana setiap perbincangan meninggalkan kerinduan untuk jumpa. Dan perpisahan itu selalu menimbulkan luka serta kangen. Semua selalu begitu.

Siapa yang bersama lalu pisah? Selain ditujukan kepada Anda, pertanyaan di atas itu juga untuk saya. Setelah mengalami pertemuan, perpisahan adalah Kesimpulan dari semuanya. Tetapi, semunya punya pesan dan kesannya masing-masing. Tidak sama antara satu dengan yang lain. Kehadiran seseorang atau lebih mampu memberi arti yang beragam. Kehadirannya memberi warna baru dalam kehidupan seseorang. Ada rasa Syukur yang timbul dari sana. Kehadiran yang mampu memberi pandangan baru bagi kehidupan seseorang. Dan setiap kehadiran memberikan Kesan yang mendalam bahkan tak akan terlupakan.

Dari semua kita, tentunya pernah bertemu dengan seseorang yang sudah lama dirindukan dan dinantikan tetapi jika tiba waktunya, semua kembali ke pulangnya masing-masing. Di sana, perpisahan yang terjadi. Hal itu bakal meninggalkan banyak Kesan dan pesan jika selama kebersamaan sudah banyak hal yang telah dikerjakan bersama sampai membuahkan hasil. Hasil yang maksimal datang dari kerja sama yang penuh keakraban, persaudaraan dan totalitas dalam berkarya. Ada kalanya, ada momen yang mengharukan yakni harus berpisah sebelum waktunya, mungkin karena tuntutan lain yang lebih diprioritaskan dan tidak bisa diwakili, itu sama halnya pergi ketika sedang sayang-sayangnya.

Di lain pihak, perpisahan terjadi karena tidak lagi sejalan, itu lain ceritanya. Bagaimana tidak? Dari pihak sebelah sedang berjuang mempertahankan pertemuan itu dengan jangka waktu yang lebih lama sampai maut datang mejemput. Tetapi, dari sebelah malah berjuang untuk mencari jalan perpisahan. Berujung luka dan penyesalan pada tempat yang lain. Dan, selagi masih merasakan dan menikmati nafas kehidupan secara gratis, manusia akan selalu begitu.

Berupaya untuk lekas mengakhiri suatu hubungan yang tidak sehat. Atau hubungan yang hanya memanfaatkan kesempatan serta kemampuan pihak sebalah demi kesenangan pribadinya. Hidup dalam hubungan yang demikian tentu menciptakan pribadi yang laiknya benalu. Sikap ketergantungan seutuhnya kepada pihak lain dan tidak mampu menjadi manusia yang mandiri. Mental seperti ini mudah sekali ditemukan di komunitas atau ruang lingkup terkecil dalam sebuah tempat kerja.

Saya pernah alami dan menciptakan hal tersebut. Ada yang sedang tumbuh lalu saya tebang dan memangkas, tinggalkan bekas yang selalu tak lekas. Ada penyesalan di sana. Saya menyia-nyiakan pertemuan. Ada Kesan yang luka, ada pesan yang tak tersampaikan. Saya menciptakan sejarah kelam dalam kehidupan seseorang yang dayang penuh ketulusan lalu diabaikan karena senang telah mendapatkan keutungan. Bukan kesempatan baik yang pergi tetapi sayalah yang menolak kebaikan itu.

Selagi pertemuan itu masih dalam sebuah kenyamanan dan keseriusan, teruslah di sana. Jangan terjebak pada sesuatu yang datang paling kemudian. Lalu memilih perpisahan jadi alasan untuk sebuah ketidakpastian di sebuah waktu yang lain. Atau alasan lain adalah tentang kenyamanan.

"Saya sudah tidak nyaman dengan hubungan ini. Kita akhiri saja!"

"Kau terlalu baik untuk saya yang tidak punya apa-apa. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dari saya."

"Untuk apa kau bertahan, saya tidak sedang memperjuangkan kita. Saya tidak melarangmu untuk pergi. Jika tidak, saya yang akan pergi."

Hidup dan kita selalu saja begitu. Satu pertemuan akan menemukan perpisahan. Dan satu perpisahan akan menemukan sebuah pertemuan. Siklus ini tidak pernah berhenti, terus menerus. Semua itu selalu ada kesan setelahnya. Apakah kita terus mempertahankannya atau membiarkan dia pergi dengan kesenangannya?

Alasan yang dibuat adalah strategi terakhir untuk mengakhiri sebuah pertemuan yang telah dijaga cukup lama. Memilih berpisah agar lekas jadi cerita. Konsep demikian membuat kita menjadi manusia instan. Menikmati jerih payah orang atas nama kerja sama atau sekadar bertemu, menikmati lalu pergi.

Dengan demikian, ada terima kasih atas segalanya. Mari kita rayakan semua pertemuan dengan cara yang elegan, bertanggung jawab dan totalitas. Selamat merayakan pertemuan, buatlah cerita sebermakna mungkin agar tidak ada kekecewaan pun penyesalan. Terima kasih sudah bertahan membaca sampai bagian akhir dari tulisan ini. Sampai jumpa di kesempatan yang lebih aduhai.

Pondok Baca Mataleza, 2024-2025

Alfianus Nggoa (Fian N) selain suka membaca dan menulis, juga suka kamu. Sejak tahun 2020 sampai saat ini memilih menjadi tukang masak di Pondok Baca Mataleza Olakile. Menjadi pendidik di SMPSK Kotagoa Boawae.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun