Mohon tunggu...
Fian N
Fian N Mohon Tunggu... Penikmat

Menulis adalah cara saya berdiskusi dengan segala kegelisahan di kepala. Penggagas Pondok baca Mataleza. Menyukai apa saja dan kamu.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menulis Jurnal Harian: Sebuah Cermin Diri Dalam Perjalanan

20 September 2025   09:40 Diperbarui: 20 September 2025   09:40 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Gemini AI (Seorang lelaki sedang menulis)

Ada satu kebiasaan sederhana yang sering dianggap sepele, tetapi sebenarnya memiliki kekuatan besar dalam membentuk kepribadian dan cara kita menjalani hidup: menulis jurnal harian. Pada mulanya, aktivitas ini terlihat seperti hanya menuangkan kata-kata di atas kertas, sekadar mencatat apa yang terjadi dalam sehari. Namun, semakin saya melakukannya, semakin saya menyadari bahwa menulis jurnal bukan hanya tentang mencatat peristiwa, melainkan tentang memahami diri, menata pikiran, dan belajar dari setiap pengalaman hidup.

Kebiasaan lama saya selain mengenal model dalam menulis jurnal Adalah dengan terlebih dahulu menulis catatan harian atau diary sejak tahun 2015. Saya menulis hal-hal dalam keseharian serta pengalaman-pengalaman masa silam yang masih terekam ingatan.

Sebuah Ruang untuk Jujur pada Diri Sendiri

Menulis jurnal memberi ruang bagi saya untuk berbicara dengan diri sendiri tanpa harus takut dihakimi. Ketika menuliskan apa yang saya rasakan, baik suka maupun duka, saya merasa lebih ringan. Hal-hal yang sulit diungkapkan kepada orang lain bisa saya sampaikan dengan jujur dalam tulisan. Jurnal menjadi sahabat yang setia mendengarkan, yang tidak pernah menyela, dan yang selalu siap menampung segala isi hati saya.

Sering kali, saat membaca ulang catatan lama, saya menemukan pola tertentu dalam hidup saya---kesalahan yang berulang, kebahagiaan yang sederhana, atau bahkan mimpi-mimpi yang masih tertunda. Dari situlah saya belajar bahwa menulis jurnal membantu saya untuk lebih mengenali diri sendiri, melihat sejauh mana saya bertumbuh, dan menyadari bahwa setiap langkah kecil tetap berarti pun bermakna.

Menata Pikiran, Menjernihkan Perasaan

Di tengah kesibukan dan kebisingan hidup sehari-hari, pikiran kita mudah sekali bercabang ke berbagai arah. Menulis jurnal membantu saya untuk menata kembali kekacauan dalam kepala. Setiap kata yang saya tulis seakan menjadi jalan keluar bagi pikiran yang ruwet. Dengan begitu, saya bisa melihat masalah dengan lebih jernih dan menemukan solusi yang sebelumnya tersembunyi.

Selain itu, menulis juga menjadi cara untuk meredakan emosi. Ketika marah, cemas, atau sedih, saya bisa menuliskan semuanya di jurnal. Anehnya, setelah selesai menulis, hati terasa lebih lega, seolah-olah saya telah membuang beban yang selama ini menekan. Dari sini saya belajar bahwa tulisan memiliki kekuatan penyembuhan---healing yang datang dari dalam diri sendiri.

Menghargai Hal-hal Kecil dalam Hidup

Tidak semua yang saya tulis di jurnal adalah hal-hal besar. Kadang hanya tentang secangkir kopi yang menenangkan, percakapan singkat dengan teman, atau pemandangan senja yang indah. Namun, justru hal-hal kecil itu membuat saya belajar untuk lebih bersyukur.

Ketika kita terbiasa menulis, kita juga terbiasa memperhatikan detail-detail kecil yang sering luput dari perhatian. Jurnal menjadi saksi betapa hidup bukan hanya tentang pencapaian besar, tetapi juga tentang momen sederhana yang memberi makna.

Mengabadikan Jejak Perjalanan

Setiap orang sedang menempuh perjalanan hidupnya masing-masing. Jurnal bagi saya adalah catatan perjalanan yang kelak bisa saya baca kembali. Ada kebahagiaan tersendiri ketika membuka halaman lama dan menemukan bagaimana saya dulu berpikir, berjuang, dan bermimpi.

Kadang, saya tersenyum sendiri melihat betapa polosnya harapan saya dulu, atau merasa terharu ketika menyadari bahwa beberapa impian kecil ternyata sudah terwujud. Atau ada momen yang menurut saya konyol, kartu ATM saya terteland alam mesin ATM dan dengan polos, saya seperti kebingungand an mau membongkar mesin ATM. Dari sana saya belajar untuk menghargai proses, bukan hanya hasil.

Menulis jurnal harian bukan sekadar kebiasaan, melainkan bentuk investasi diri. Ia melatih saya untuk lebih peka, lebih jujur, dan lebih menghargai hidup. Jurnal mengajarkan saya bahwa setiap hari selalu membawa cerita---baik suka maupun duka---yang patut untuk disyukuri dan direnungkan.

Bagi saya, menulis jurnal adalah cara untuk tidak hanya menjalani hidup, tetapi juga memahami arti hidup itu sendiri. Ia adalah cermin yang merefleksikan perjalanan, pengingat bahwa setiap langkah kecil berarti, dan bukti bahwa diri ini terus tumbuh seiring berjalannya waktu.

Pondok Baca Mataleza Olakile, 2025

Alfianus Nggoa (Fian N) selain suka membaca dan menulis juga suka kamu. Sejak tahun 2020 sampai saat ini menjadi tukang masak di Pondok Baca Mataleza Olakile. Saat ini mengabdi di SMPSK Kotagoa Boawae.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun