Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Berpotensi Dianugerahi Nobel Perdamaian, Jika Berhasil Menjadi Juru Damai Konflik Rusia dan Ukraina

2 Juli 2022   16:05 Diperbarui: 2 Juli 2022   16:08 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin benar, misi perdamaian yang diusung Jokowi tersebut tak akan secara serta merta menghentikan peperangan, tetapi paling tidak ia berusaha melakukan hal tersebut dan ekspektasi banyak pihak dan mungkin dirinya pun tak terlalu jauh hingga Rusia dan Ukraina bisa berdamai.

Ssjatinya yang bisa menghentikan perang itu hanya kedua pemimpin negara yang bertikai, Volodymir Zelensky dan Vladimir Putin.

Karena kita tahu juga, faktor pemicu konflik ke dua negara bertetangga tersebut sangat kompleks. Namun, apa salahnya mencoba, sudah sepatutnya kita memberikan apresiasi yang tinggi pada upaya Jokowi tersebut.

Asal tahu saja, pasca konflik Rusia dan Ukraina, Jokowi adalah satu satunya pemimpin yang bisa berbicara dengan Zelensky dan Putin dalam satu frame dengan waktu nyaris bersamaan.

Posisi Jokowi menjadi lebih strategis lantaran secara dilpomatik Indonesia cenderung berada di tengah-tengah sesusai amanah konsitusi, Undang-Undang  Dasar 1945   tidak pernah mengutuk serangan Rusia terhadap Ukraina secara langsung, tak jua membenarkan tindakan Rusia.

Di samping itu, saat ini Jokowi bisa bertindak mewakili Indonesia selaku pemegang amanah Presidensi G-20 2022, yang sejak awal tak pernah menolak keinginan Putin untuk menghadiri KTT G-20 di Bali awal Oktober 2022 yang akan datang.

Meskipun tekanan dari Barat begitu keras, bahkan sejumlah negara Barat yang tergabung dalam G-20 sempat mengancam akan memboikot pertemuan 20 negara pemilik ekonomi terbesar di dunia tersebut, apabila Putin atau delegasi Rusia menghadiri konferensi.

Untuk menyeimbangkan posisi, sekaligus menjadi penyelesaian terkait isu boikot KTT G-20,  Jokowi seperti yang disarankan sejumlah negara Barat termasuk Amerika Serikat,  kemudian mengundang Presiden Zelensky untuk datang ke Bali sebagai wakil dari delegasi Ukraina dalam KTT.

Padahal, Ukraina bukan termasuk negara G-20. Tetapi mereka bisa datang sebagai peninjau atau negara mitra G-20, persis seperti saat Indonesia yang diwakili Presiden Jokowi menghadiri KTT G-7 di Jerman yang berlangsung 27 Juni 2022 lalu.

Indonesia sebenarnya, bukan termasuk dalam organisasi  negara-negara G-7, tapi diundang bersama India, Argentina, Afrika Selatan, dan Senegal sebagai mitra negara G-7.

Pertemuan Jokowi dengan Zelensky dan Putin.

Liputan6.com
Liputan6.com
Dari pertemuannya dengan Presiden Zelensky yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Marynsky Kyiv Ukraina pada  29 Juni 2022 kemarin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun