Mohon tunggu...
Fenny Permatasari
Fenny Permatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - IR'19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

International Relation

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

AUKUS: Ancaman Baru Stabilitas Kawasan Asia Tenggara

25 Oktober 2021   08:13 Diperbarui: 25 Oktober 2021   08:16 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Indo-Pasifik merupakan kawasan strategis yang menjadi pusat kegiatan geopolitik maritim, keamanan, dan perdagangan internasional. Nilai strategis kawasan Indo-Pasifik dapat dilihat dari kehadiran negara-negara kuat seperti Amerika Serikat, China, Australia, Jepang, dan negara anggota ASEAN. 

Adanya kepentingan nasional dari negara-negara tersebut membuat kawasan Indo-Pasifik tidak pernah lepas dari ketegangan dan ancaman terjadinya konflik militer. 

Ketegangan ini semakin memanas setelah Perdana Menteri Australia, Perdana Menteri Inggris, dan Presiden Amerika Serikat mengumumkan pembentukan aliansi keamanan trilateral bernama AUKUS pada 15 September 2021.

Beberapa ahli mengatakan bahwa alasan pembentukan aliansi ini tak lain adalah untuk meredam pengaruh dan hegemoni China di kawasan Indo-Pasifik. 

AUKUS akan menjadi wadah kerja sama ketiga negara anggotanya di bidang teknologi dan militer, terutama dalam hal artificial intelligence, kuantum, cyber warfare, kemampuan perang bawah air, dan kemampuan serangan jarak jauh. 

Salah satu kesepakatan AUKUS untuk Australia adalah proyek pembangunan kapal selam bertenaga nuklir dengan bantuan Amerika Serikat dan Inggris. Tak hanya itu, semua jenis pesawat tempur Amerika Serikat beserta kru pemeliharaan dan personel logistik militernya juga akan didatangkan ke Australia.

Pembentukan AUKUS yang terkesan mendadak menuai reaksi yang beragam dari sejumlah negara, termasuk negara-negara ASEAN. Indonesia dan Malaysia menyebut pembentukan AUKUS berpotensi menimbulkan ancaman terhadap stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara. 

Respon berbeda datang dari Filipina dan Singapura, sesama negara anggota ASEAN, yang justru melihat AUKUS sebagai kekuatan baru untuk menjaga keseimbangan kekuatan di kawasan Indo-Pasifik. Sedangkan Vietnam lebih memilih untuk mengikuti dan mengawasi setiap perkembangan yang terjadi di kawasan.

Faktor penyebab perbedaan respon ini tak lain adalah perbedaan kepentingan nasional setiap negara. Seperti halnya Filipina yang berselisih dengan China akibat aktivitas China di Kepulauan Spratly sampai setelah Filipina dinyatakan menang oleh Mahkamah Arbitrase. 

Berbanding terbalik dari Filipina, Malaysia justru merencanakan perjalanan ke China untuk membahas sekaligus meminta pandangan China terkait pembentukan AUKUS. Rencana ini diusulkan oleh Menteri Pertahanan Malaysia satu minggu setelah AUKUS diumumkan.

Fenomena yang terjadi saat ini memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi pada era Perang Dingin. Negara membangun pertahanan yang kuat dengan cara membentuk atau bergabung dengan aliansi keamanan dan mengembangkan senjata nuklir. Hal ini menyebabkan AUKUS justru meningkatkan ketegangan di kawasan Indo-Pasifik bukan meredakannya. Apabila kedua pihak terus melakukan konfrontasi, maka skenario terburuk yang mungkin saja terjadi adalah pecahnya konflik militer di kawasan Indo-Pasifik. Asia Tenggara sebagai kawasan dengan letak geografis terdekat dari Indo-Pasifik akan menerima dampak yang sangat fatal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun