Mohon tunggu...
Fenny Permatasari
Fenny Permatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - IR'19 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

International Relation

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

AUKUS: Ancaman Baru Stabilitas Kawasan Asia Tenggara

25 Oktober 2021   08:13 Diperbarui: 25 Oktober 2021   08:16 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Persekutuan tiga negara kuat ini memberikan pengaruh besar bagi stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan upaya-upaya pengembangan teknologi dan senjata nuklir yang dilakukan oleh ketiga negara tersebut akan memicu terjadinya kompetisi senjata. 

China, sebagai negara yang diduga menjadi sasaran utama pembentukan AUKUS, tentu tidak akan diam saja melihat peningkatan agresivitas Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik. Bahkan seorang mantan diplomat China mengungkapkan adanya kemungkinan China membatalkan janjinya untuk tidak menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir dalam perang.

Kompetisi senjata antara negara-negara kuat ini menjadi ancaman besar yang harus dihadapi oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Selain letak geografis yang sangat dekat dengan Indo-Pasifik, ketiadaan negara superpower membuat negara di kawasan Asia Tenggara tidak mampu menghalau kekuatan besar dari luar. 

Terlebih dengan kepemilikan Australia atas kapal selam bertenaga nuklir yang membuat negara-negara di Asia Tenggara semakin terkepung oleh negara pemilik senjata nuklir. Maka hanya ada dua cara bagi mereka untuk menjaga keamanan nasionalnya, yaitu dengan berpihak pada salah satu kubu atau bersatu dibawah ASEAN.

Melihat adanya perbedaan respon dari negara-negara di Asia Tenggara terhadap pembentukan AUKUS, maka akan sulit untuk mencapai konsensus ASEAN.  

Kondisi ini memperjelas semakin tidak kohesinya ASEAN dalam mengambil sikap terhadap setiap perubahan konstelasi keamanan yang berpotensi mengancam stabilitas kawasannya sendiri. Faktor yang menghambat konsensus ASEAN, tak lain, adalah kepentingan nasional negara anggota ASEAN yang berbeda-beda. 

Kemudian ketiadaaan negara superpower memaksa negara-negara di Asia Tenggara mencari perlindungan ke negara kuat. Dampaknya, negara-negara di kawasan ini akan terbagi ke dalam dua kubu kekuatan besar, yaitu kubu Amerika Serikat dan kubu China. Hal ini berpotensi besar menyebabkan terjadinya konflik intra-ASEAN.

ASEAN sendiri menghadapi dilema yang cukup kompleks dalam menanggapi kesepakatan AUKUS. Satu sisi, aliansi tersebut akan mampu menghentikan manuver China di kawasan Indo-Pasifik sehingga stabilitas kawasan Asia Tenggara pun dapat terjaga. Namun di sisi lain ASEAN juga perlu menjaga hubungan yang baik dengan China selaku mitra ekonominya. 

Walaupun demikian, ASEAN tidak bisa terus bungkam melihat masalah ini. Ancaman akan terjadinya kompetisi senjata, konflik internal, dan pecahnya konflik militer harus disadari sepenuhnya oleh negara-negara ASEAN. 

Oleh karena itu, ASEAN harus segera menyelenggarakan dialog bersama untuk menghasilkan konsensus. Langkah tersebut bertujuan untuk menunjukkan kembali kekuatan ASEAN dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik, terlepas dari kompetisi antara Amerika Serikat dan China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun