Dari perspektif filosofis dan manajemen, bab 5 dan 6 menganalisis komunikasi profetik . Terkait minat dan nilai , penulis membahas aspek filosofis komunikasi sebelum mengaitkannya dengan situasi dunia nyata dalam eksperimen kepemimpinan . Seorang pemimpin yang baik harus mengutamakan ketulusan , kejujuran , dan akuntabilitas, serta mampu menangani masalah sosial dengan bijak, selain memiliki kompetensi teknis . Bagi saya , sangat menarik untuk menggabungkan nilai-nilai seorang profesor antarbudaya dengan bidang kepemimpinan dan manajemen, yang sering kita anggap kaku dan jauh . Di sinilah saya menyadari bahwa kepemimpinan adalah tentang nilai-nilai seperti kejujuran , empati , dan akuntabilitas , bukan hanya keterampilan . Menurut pendapat saya , siapa pun yang bergabung dengan tim , organisasi, atau komunitas harus menyadari hal ini .
Aspek epistemologis dan estetis dibahas dalam Bab 7 dan 8. Dengan kata lain , saya percaya bahwa dalam bidang seni, karya belaskecorpan dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan nilai-nilai profetik secara mendalam dan aseptik . Dari sisi epistemologis , buku ini mengusulkan gagasan "keunggulan epistemologis" sebagai landasan pengembangan komunikasi profesional di ranah akademis . Puncak dari konsep ini adalah terciptanya ilmu yang berjiwa dan bernilai, selain objektif dan rasional .
Bab 9 dan 10 membahas isu terkini komunikasi krisis di era digital . Penting untuk memperbaiki meningkatnya jumlah informasi palsu ( hoaks ), pencemaran nama baik , dan komunikasi konfrontatif di ranah digital , terutama dalam politik . Jelas, memanusiakan komunikasi web sangat penting untuk mendapatkan kembali kepercayaan dan rasa hormat dalam masyarakat yang semakin terpecah belah .
Dari Bab 11 hingga Bab 17,Buku ini menggambarkan bagaimana gagasan kekayaan dari komunikasi profetik dapat diterapkan dalam berbagai konteks . Nilai profetik digunakan dalam diplomasi untuk mendorong diskusi yang berpusat pada keadilan dan perdamaian . Penulis menyajikan bukti pendekatan yang sangat profetik , terbuka, dan inklusif dalam budaya populer melalui film, musik , dan konten digital . Bagi saya , ini menunjukkan kemampuan adaptasi dan kelengkapan beberapa pendekatan dan metode komunikasi profetik. Apa yang saya baca tentang Gen Z dan budaya benar-benar memikat saya karena saya merasakan hubungan antara itu dan kehidupan saya sendiri . Nilai-nilai luhur dapat diterima di dunia nyata , melalui musik , dan dalam kehidupan sehari-hari , yang membuat saya percaya bahwa komunikasi dapat dan seharusnya menjadi kekuatan destruktif hanya jika digunakan secara sadar .
Perspektif baru dan mendalam buku ini merupakan salah satu kekuatan utamanya . Buku ini menawarkan perspektif baru dan relevan dengan memadukan nilai-nilai spiritual, etika , dan humanistik dalam konteks komunikasi modern , khususnya dalam menghadapi tantangan moral yang dihadirkan oleh era digital . Selain itu , isi buku ini terasa kaya dan multidisiplin karena beragamnya sudut pandang dari berbagai bidang, termasuk pendidikan , filsafat , manajemen , dan seni . Namun , karena merupakan karya banyak penulis yang bekerja sama , gaya penulisannya tidak selalu konsisten , sehingga beberapa bagian terasa lebih berat dan tidak seimbang dengan bagian lainnya .
Buku ini sangat cocok bagi siapa pun yang tertarik menggunakan komunikasi sebagai alat perubahan sosial , mahasiswa komunikasi , atau aktivis sosial . Dalam menghadapi tantangan empati di era digital , buku ini berfungsi sebagai pengingat akan aspek-aspek fundamental komunikasi : moralitas dan emosi .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI