Mohon tunggu...
Farly Mochamad
Farly Mochamad Mohon Tunggu... Sebagai lulusan baru teknologi informasi, saya adalah alumni Kebangsaan Lemhannas 2023 dan peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah Indonesia-Malaysia bersama KRI Dewaruci 2024

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Henricus Christianus Verbraak: Imam di Tengah Badai Perang

11 Oktober 2025   14:35 Diperbarui: 11 Oktober 2025   14:35 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pastor Henricus Christianus Verbraak S.J., rohaniwan (pastur militer) dari Koninklijk Nederlands-Indisch Leger, 1885. Sumber: KITLV.

Yang paling menarik, masyarakat Bandung menyimpan legenda yang menambah aura misterius sekaligus hangat pada sosoknya. Konon, setiap kali lonceng Angelus di Katedral Santo Petrus Bandung berdentang pada sore hari, patung Verbraak akan menundukkan kepala, seolah ikut berdoa. Cerita ini tentu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, namun menjadi bagian dari folklore kota Bandung yang hidup hingga kini. Bagi banyak warga, patung itu bukan sekadar peninggalan kolonial atau karya seni, melainkan simbol ketulusan, iman, dan kasih universal dari seorang imam yang pernah hidup di antara dua dunia --- dan terus dikenang karena kemanusiaannya.

Gelar dan Penghargaan dari Negeri Asal

Pengabdian Henricus Christianus Verbraak di tanah jajahan tidak luput dari perhatian pemerintah Belanda. Dalam masa hidupnya, ia dikenal bukan hanya sebagai imam yang setia menjalankan tugas rohani, tetapi juga sebagai figur yang memiliki keberanian moral luar biasa di medan perang. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa dan dedikasinya, pemerintah Belanda menganugerahkan kepadanya sejumlah tanda kehormatan bergengsi. Pada tahun 1884, Verbraak dianugerahi gelar Knight of the Order of the Netherlands Lion, salah satu penghargaan tertinggi di Kerajaan Belanda yang diberikan kepada individu dengan jasa luar biasa di bidang kemanusiaan dan pelayanan publik.

Penghargaan berikutnya datang pada tahun 1899, ketika ia dianugerahi Officer of the Order of Orange-Nassau, sebuah gelar kehormatan yang menegaskan pengakuan atas kontribusinya dalam tugas-tugas sosial dan spiritual di Hindia Belanda. Selain itu, pemerintah juga memberinya Aceh Medal dan Expedition Cross, dua medali militer yang khusus diberikan kepada mereka yang pernah terlibat dalam ekspedisi dan misi di daerah konflik, termasuk Perang Aceh --- meskipun Verbraak hadir bukan sebagai prajurit, melainkan sebagai pendamping rohani yang mengobati luka-luka jiwa di tengah kehancuran.

Namun, bagi Verbraak sendiri, semua penghargaan itu tidak lebih dari formalitas administratif. Ia tidak menganggapnya sebagai simbol kebanggaan, melainkan sebagai konsekuensi dari tugas yang dijalani dengan tulus. Dalam berbagai catatan dan kesaksian rekan seimannya, Verbraak digambarkan sebagai pribadi yang rendah hati, sederhana, dan jauh dari ambisi duniawi. Ia tidak pernah memamerkan medali atau berbicara tentang gelarnya. Baginya, kehormatan sejati bukan terletak pada tanda jasa yang menghiasi dada, melainkan pada pengabdian tanpa pamrih kepada sesama manusia dan Tuhan.

Sikapnya yang demikian menegaskan bahwa Verbraak bukan hanya seorang imam, tetapi juga teladan moral --- seseorang yang menempatkan nilai kemanusiaan di atas pengakuan duniawi. Dalam kesunyian pelayanannya, ia telah membuktikan bahwa kemuliaan sejati terletak pada ketulusan hati, bukan pada penghargaan yang diberikan oleh tangan manusia.

Warisan yang Tak Terhapus Waktu

Hari ini, nama Henricus Christianus Verbraak mungkin tidak tercantum dalam buku-buku sejarah sekolah atau dikenal luas oleh masyarakat umum. Namun, jejak kebaikannya tetap hidup dalam bentuk yang lebih sunyi namun abadi --- pada bangunan, patung, dan kisah yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Di Banda Aceh, gereja yang ia dirikan lebih dari seabad lalu, Gereja Hati Kudus Yesus, masih berdiri tegak hingga kini. Meski bangunannya telah beberapa kali direnovasi karena waktu dan bencana, fondasi spiritual yang ditanam oleh Verbraak tetap sama: kasih, kesetiaan, dan doa bagi sesama tanpa memandang perbedaan. Gereja itu bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga monumen hidup dari keteguhan iman di tengah penderitaan.

Sementara itu, di Bandung, patung perunggu Verbraak di Taman Maluku terus menjadi simbol keheningan dan penghormatan. Di antara pepohonan rindang dan suasana damai taman kota, patung itu seolah memancarkan keteduhan. Banyak orang datang sekadar untuk berfoto, namun tidak sedikit pula yang memilih duduk diam, menatap sosok imam itu sejenak --- mungkin merenungkan kesederhanaan, ketulusan, dan keteguhan hatinya. Legenda yang menyelimuti patung tersebut membuat kehadiran Verbraak terasa hidup, seolah ia masih menjaga kota itu dengan doa dan kedamaiannya.

Namun, warisan sejati Verbraak tidak berhenti pada batu, bata, dan perunggu. Ia meninggalkan sesuatu yang lebih dalam --- pesan universal tentang kemanusiaan dan iman. Dari kehidupannya, kita belajar bahwa iman sejati tidak membatasi, tetapi merangkul dan menguatkan. Bahwa seorang rohaniwan bisa hadir di tengah perang bukan untuk menghakimi, melainkan untuk menenangkan dan menyembuhkan. Dan bahwa kasih dapat tetap menyala bahkan di tengah kegelapan terdalam dalam sejarah manusia.

Melalui teladannya, Verbraak mengingatkan dunia bahwa kebaikan tidak selalu berteriak keras, dan pahlawan sejati sering kali bekerja dalam kesunyian. Ia telah pergi lebih dari seabad lalu, namun roh pengabdian dan kasihnya tetap hidup --- mengalir tenang di antara doa-doa, legenda, dan hati orang-orang yang masih percaya bahwa kemanusiaan adalah wujud paling murni dari iman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun