Mohon tunggu...
faqih Muhammad
faqih Muhammad Mohon Tunggu... Graphic Desain

Halo, saya Faqih. Setelah 11 tahun di dunia industri otomotif, kini saya menekuni dunia tulis-menulis, desain digital, dan produk kreatif. Aktif di Quora, Instagram, dan beberapa platform menulis lainnya. Tertarik pada isu seputar kesehatan mental, budaya digital, dan perjalanan hidup manusia biasa. “Terbuka untuk kolaborasi advertorial & content partnership.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Kita bisa tiru dari seekor kucing liar ?

20 Agustus 2025   10:00 Diperbarui: 20 Agustus 2025   10:00 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seekor kucing liar tampak sederhana: makhluk kecil yang hidup di jalanan, kadang dipandang lucu, kadang dianggap pengganggu. Namun justru dari kesederhanaan itu, kita bisa melihat refleksi tentang eksistensi manusia.

Saya pernah mengangkat seekor kucing liar. 

Hujan deras membuatnya menggigil, mengeong lemah seolah memanggil induk yang tak kunjung datang. Saya kasihan, lalu membawanya pulang. Sejak itu, ia hidup bersama saya dan keluarga.

Namun pengalaman itu tidak sekadar tentang memelihara hewan. Ia membuka ruang renung: mengapa seekor kucing bisa begitu bergantung pada keberadaan orang asing yang kebetulan melintas? Bukankah manusia pun sama? Kita lahir tanpa apa-apa, rapuh, lalu tumbuh karena ada orang-orang yang menolong, membimbing, atau bahkan sekadar hadir di momen tertentu.

Ketika saya harus pindah rumah, kucing itu seolah ingin ikut. Dalam hati saya bertanya: bukankah habitatmu di sini? mengapa kau ingin mengikuti manusia yang suatu hari pun harus pergi juga? Dan di situlah kesadaran muncul: kita, sebagaimana kucing itu, tidak pernah sepenuhnya memiliki siapa pun.

Heidegger pernah berkata bahwa manusia adalah "being-towards-death"---ada yang menuju kematian. 

Setiap relasi, setiap kebersamaan, pada dasarnya sementara. Dunia ini bukan tempat menetap, melainkan sekadar ruang singgah. Kita dipungut, kita dirawat, lalu pada akhirnya kita dilepaskan.

Kucing liar itu bagi saya bukan sekadar hewan. 

Ia adalah cermin. 

Bahwa hidup bukan tentang memastikan siapa yang akan menemani kita sampai akhir, melainkan tentang menerima bahwa perpisahan adalah keniscayaan. 

Kita bisa menjadi "cantik" karena kasih sayang yang pernah singgah, tetapi kita pun harus belajar berjalan sendiri ketika kasih itu pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun