Mohon tunggu...
Fanny Ainur Rahmawati
Fanny Ainur Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (24107030097)

Keep fighting✨

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaafkan Diri Sendiri: Langkah Pertama Menuju Damai

11 Juni 2025   08:04 Diperbarui: 11 Juni 2025   08:04 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup ini, kita sering diajarkan untuk memaafkan orang lain. Belajar tentang toleransi, tentang membuka hati, dan tentang memberi kesempatan kedua. Tapi satu hal yang jarang dibahas secara mendalam adalah bagaimana caranya memaafkan diri sendiri.

Padahal, luka paling dalam seringkali bukan berasal dari orang lain melainkan dari dalam diri sendiri. Entah karena pilihan yang salah, keputusan yang terburu-buru, kegagalan yang memalukan, atau harapan yang tak pernah terwujud. Kita menghukum diri sendiri dengan diam-diam, memelihara rasa bersalah, dan menjadikannya beban yang tak kasat mata.

Mengapa Sulit Memaafkan Diri Sendiri?

Berbeda dengan memaafkan orang lain, memaafkan diri sendiri melibatkan proses yang lebih kompleks. Kita bisa saja berkata kepada orang lain, "Aku memaafkanmu," lalu melanjutkan hidup. Namun terhadap diri sendiri, kita cenderung lebih kejam. Kita mengulang-ulang kesalahan di kepala, seolah sedang menonton tayangan ulang dari masa lalu yang menyakitkan.

Kita merasa tidak pantas dimaafkan karena apa yang terjadi adalah akibat dari keputusan kita sendiri. Kita merasa harus menanggung beban itu sebagai bentuk tanggung jawab. Namun yang sering dilupakan adalah: bertanggung jawab tidak harus identik dengan menyiksa diri.

Berdamai Bukan Berarti Lupa

Memaafkan diri sendiri bukan berarti kita pura-pura lupa akan apa yang terjadi. Bukan juga berarti kita membenarkan kesalahan yang telah kita buat. Justru sebaliknya, memaafkan diri sendiri adalah pengakuan bahwa kita pernah salah, tapi kita memilih untuk belajar darinya. Kita memilih untuk tumbuh.

Sama seperti luka fisik, luka batin pun butuh waktu untuk sembuh. Dan proses penyembuhan itu dimulai dengan penerimaan. Menerima bahwa kita pernah membuat keputusan yang salah. Menerima bahwa saat itu, kita melakukan yang terbaik dengan pemahaman dan kemampuan yang kita punya.

Proses Memaafkan Diri Sendiri

* Mengakui kesalahan tanpa menghakimi

Akui bahwa kamu pernah salah, tapi jangan tenggelam dalam rasa bersalah. Katakan pada dirimu, "Ya, aku pernah salah. Tapi aku bukan kesalahanku."

* Berhenti membandingkan diri dengan orang lain

Setiap orang punya waktunya sendiri. Kita tidak tahu seberapa banyak kegagalan yang telah mereka lewati sebelum mencapai titik keberhasilan.

*  Menulis atau menceritakan rasa sesal

Menulis bisa menjadi terapi yang baik. Ceritakan apa yang kamu rasakan tanpa sensor. Jika tak nyaman berbagi ke orang, menulislah untuk dirimu sendiri.

* Membangun kembali kepercayaan pada diri sendiri

Lakukan hal-hal kecil yang membuatmu merasa bangga. Apresiasi setiap progres, sekecil apa pun. Ini membantumu merasa layak untuk dimaafkan dan dicintai.

* Maafkan dan lanjutkan hidup

Memaafkan bukan berarti tidak ada luka. Tapi itu berarti kamu tidak membiarkan luka itu menghentikan langkahmu.

Hidup Tak Harus Sempurna

Satu hal penting yang saya pelajari, hidup tidak harus sempurna agar kita bisa bahagia. Kita tidak harus benar sepanjang waktu. Justru dalam kesalahan dan kegagalan itu, kita belajar menjadi lebih bijak, lebih kuat, dan lebih manusiawi.

Tidak apa-apa kalau kamu masih belajar. Tidak apa-apa kalau kamu masih merasa sesekali jatuh. Tapi jangan lupa, kamu punya hak untuk bahagia. Kamu punya hak untuk dimaafkan terutama oleh dirimu sendiri.

Damai Itu Datangnya dari Dalam

Ketika akhirnya memutuskan untuk memaafkan diri sendiri, rasanya seperti membuka jendela di ruangan yang lama tertutup. Cahaya masuk, udara segar mengalir. Beban yang selama ini menekan dada perlahan-lahan terangkat. Dan mulai bisa bernapas lega.

Kedamaian sejati tidak datang dari dunia luar. Bukan dari pujian orang lain, atau pencapaian yang memukau. Kedamaian datang dari dalam, saat kita berhenti menghukum diri sendiri, dan mulai menyayangi diri sendiri seperti kita menyayangi orang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun