Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Penulis multidisipliner yang aktif menulis di ranah fiksi dan nonfiksi. Fokus tulisan meliputi pendidikan, politik, hukum, artificial intelligence, sastra, pengetahuan populer, dan kuliner. Menulis sebagai kemerdekaan berpikir, medium refleksi, ekspresi ilmiah, dan kontribusi budaya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Israel Diuji Sendirian: Paradoks Perdamaian dan Ketegangan Israel-Hamas 2025

9 Oktober 2025   07:26 Diperbarui: 9 Oktober 2025   07:26 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika "perdamaian" hanya dijadikan alat politik tanpa penghormatan terhadap hak-hak rakyat Palestina, maka perjanjian apapun akan menjadi semu

Perkembangan terbaru dalam konflik Israel--Hamas menunjukkan paradoks mendalam: upaya diplomatik menuju perjanjian damai justru diiringi oleh peningkatan kekerasan dan pelanggaran kemanusiaan. 

Tahun 2025 menjadi titik kritis di mana Israel, di tengah isolasi diplomatik yang kian nyata, diuji sendirian dalam mempertahankan legitimasi moral dan politiknya di hadapan dunia internasional. 

Artikel ini mengkaji ketegangan Israel--Hamas melalui perspektif hubungan internasional, politik keamanan, serta etika global, dengan menyoroti fenomena inkonsistensi antara retorika perdamaian dan praktik militeristik Israel di Gaza.

Pendahuluan

Konflik Israel--Palestina merupakan salah satu konflik terpanjang dalam sejarah modern. Namun, pasca meningkatnya pengakuan negara-negara dunia terhadap kedaulatan Palestina pada 2025 --- termasuk Inggris, Kanada, dan Australia --- posisi Israel berubah drastis. 

Alih-alih merespons dengan diplomasi damai, Israel meningkatkan operasi militernya di Gaza dan Tepi Barat, termasuk pemboman terhadap area sipil, rumah sakit, dan fasilitas kemanusiaan.

Ironinya, tindakan ini berlangsung bersamaan dengan wacana perjanjian damai baru yang diinisiasi oleh beberapa kekuatan global. 

Israel tampak terjebak antara citra sebagai negara yang "membela diri" dan kenyataan sebagai kekuatan pendudukan yang menolak prinsip keadilan universal.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kualitatif-deskriptif dengan studi literatur terhadap:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun