Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Semangat Sumpah Pemuda, Masih Perlukah?

27 Oktober 2022   09:47 Diperbarui: 27 Oktober 2022   09:47 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi semangat Sumpah Pemuda (pic: id.berita.yahoo.com)

Keinginan menjadi lebih menonjol dari dunia sekitarnya membuat sulit berpikir jernih. Akan lebih berbahaya bila disertai tuntutan gaya hidup berlebih, akibatnya tak peduli lagi dengan pentingnya sebuah persepsi persatuan bangsa, berganti kepentingan individual dan kelompok dengan prinsip "yang penting gue".

Sulit memaafkan

Saat pertikaian usai, sudah selayaknya hal tersebut selesai dan berhenti, sehingga bangsa ini dapat berpikir maju ke depan untuk memulai langkah terbaik. Namun bagi kelompok yang sulit memaafkan , hal tersebut dijadikan kesempatan untuk mengungkit masalah terus menerus. Akibatnya, bangsa dan negara ini akan terus berkubang dalam permasalahan lama yang tak kunjung usai.

Ejawantah semangat Sumpah Pemuda

Kini kita memahami bahwa semangat Sumpah Pemuda masih diperlukan di zaman kian liciknya kamuflase imperialisme modern seperti sekarang ini. Kita menyadari beragam perbedaan tetap akan ada sampai kapanpun, namun janganlah perbedaan itu membuat kita enggan melebur dalam satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, Indonesia.

Mengakui bahwa kita satu bangsa. Meskipun berbeda pendapat dalam hal apapun, entah politik, pilihan saat pileg dan capres, ataupun berbeda selera dalam hal cara pandang pemimpin bangsa, toh kita tetap satu bangsa, ada darah Indonesia di nadi kita. Sudah seharusnya kita menyudahi pertikaian setelah menyadarinya.

Demikian juga saat kita berbeda suku, sudah selayaknya disatukan dalam satu bahasa, yakni Indonesia, Buang dulu rasa kedaerahan kental yang menganggap bahasa suku sebagai nomor satu, mari kedepankan bahasa persatuan Indonesia.

Jika bahasa Inggris yang dalam sejarahnya adalah bahasa penjajah saja telah berhasil melebur dalam keseharian kita. Lalu mengapa kita justru meninggalkan dan meremehkan bahasa bangsa sendiri? 

Satu tanah air Indonesia sudah selayaknya diejawantahkan dalam keseharian kehidupan bangsa ini, sehingga segala keegoisan dan keinginan mengambil dan menguasai kekayaan alam wilayah daerah lain akan mereda, berganti dengan keinginan menyejahterakan seluruh anak bangsa secara adil.

Ketika semangat satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air telah menjiwai aliran darah bangsa ini, maka tidak hanya akan menjadi teori di mulut saja. Saat menyadari bahwa kita satu dalam segalanya, maka akan timbul rasa cinta terhadap bangsa dan negara ini. Rasa cinta akan memupuk rasa ingin memiliki, memiliki berarti adalah kesediaan untuk menjaga dan tidak merusak atau menyakiti.

Setelah  rasa cinta kian mendarah daging, maka tak ada kinginan sedikitpun untuk merusak bangsa dan negara sendiri, sebab perusakan lebih mudah dilakukan daripada menjaga dan memperbaiki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun