Mohon tunggu...
Falentinus Harefa
Falentinus Harefa Mohon Tunggu... Mahasiswa

"Saya adalah pribadi yang kreatif dan penuh semangat dalam belajar hal baru. Saya suka tantangan, senang bekerja sama dalam tim,dan memiliki ketertarikan dalam bidang ekonomi keuangan dan data. Selain itu, saya juga memiliki hobi bermain alat musik,seperti gitar dan fingerstyle.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Era Digital dan Kesehatan Mental: Mengapa 'Detoks Media Sosial' Harus Jadi Tren Baru di 2025

20 Juli 2025   14:39 Diperbarui: 20 Juli 2025   14:39 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam kondisi digital yang terus berkembang dan menyentuh hampir setiap bagian hidup kita, media sosial telah menjadi elemen penting dalam rutinitas sehari-hari. Sejak pagi hingga malam, banyak individu menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat konten, menonton video, atau berhubungan dengan teman dan kelompok di dunia maya. Media sosial memang memberikan berbagai keuntungan, mulai dari kemudahan dalam berkomunikasi, informasi yang cepat, hingga peluang usaha yang luas. Namun, di balik keuntungan tersebut, ada dampak yang sering kali diabaikan, yaitu gangguan kesehatan mental yang bisa muncul akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.

Fenomena ini sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi kurang dibahas dengan mendalam di Indonesia, terutama mengenai solusi praktis yang dapat diterapkan oleh masyarakat secara umum. Salah satu solusi yang mulai dikenal di beberapa negara maju adalah tren "detoks media sosial" atau istirahat dari penggunaan media sosial untuk jangka waktu tertentu. Tren ini belum banyak dibicarakan di negara kita, meskipun manfaatnya sangat besar dan relevan dengan keadaan masyarakat saat ini.

Media sosial berfungsi sebagai dua sisi mata uang. Di satu sisi, ia mempermudah kita untuk tetap terhubung dengan orang-orang terdekat, berbagi kisah, dan memperoleh hiburan. Namun, di sisi lain, media sosial juga dapat menjadi penyebab stres, kecemasan, dan rasa tidak cukup baik. Banyak studi menunjukkan bahwa terpapar konten negatif, perbandingan sosial yang tidak realistis, serta tekanan untuk selalu tampil sempurna di dunia maya dapat memperburuk kesehatan mental, terutama bagi generasi muda yang sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan digital. Efek ini sering tidak kita sadari, karena platform media sosial dirancang untuk membuat kita terus melihat dan sulit untuk berhenti menggulir.

Melakukan detoks media sosial bukan berarti kita harus sepenuhnya meninggalkan teknologi, melainkan memberikan waktu bagi diri kita untuk melepaskan diri dari ketergantungan digital. Dengan cara ini, kita memberi ruang bagi pikiran dan emosi untuk pulih, mengurangi beban informasi berlebihan, dan mengalihkan perhatian kembali pada hal-hal yang lebih penting dalam kehidupan nyata. Contohnya, dengan mengurangi waktu menggunakan perangkat, kualitas tidur kita bisa meningkat karena tidak lagi terganggu oleh cahaya biru dari gadget atau keinginan untuk mengecek aplikasi sebelum tidur. Selain itu, hubungan sosialisasi dalam kehidupan nyata dapat diperkuat karena kita lebih hadir secara fisik dan emosional saat bersam keluarga atau teman.

Di tahun 2025, penting untuk mulai menerapkan tren detoks media sosial secara lebih luas. Meski teknologi semakin maju, bukan berarti kita harus menjadi budaknya. Sebaliknya, kita perlu mengatur dan mengendalikan penggunaan teknologi agar tetap sehat dan seimbang. Beberapa cara praktis yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan waktu bebas gadget setiap hari, contohnya satu jam sebelum tidur, atau memanfaatkan aplikasi yang membantu mengelola durasi penggunaan media sosial. Bergabung dengan komunitas atau tantangan detoks media sosial juga bisa memberikan dukungan moral dan motivasi agar tidak mudah terjebak dalam kebiasaan lama. Menggantikan waktu yang biasanya dihabiskan untuk media sosial dengan aktivitas fisik, hobi, atau berinteraksi langsung dengan orang-orang terdekat juga sangat dianjurkan.
Memang, memulai detoks media sosial itu tidak gampang karena banyak orang sudah sangat terikat dengan dunia digital. Ketakutan kehilangan informasi atau hubungan sosial sering kali menjadi alasan utama untuk terus menggunakan media sosial dengan berlebihan. Namun, kita perlu menyadari bahwa kesehatan mental kita jauh lebih bernilai dibandingkan sekadar pembaruan status atau jumlah like. Dengan memahami hal ini, kita bisa mulai perlahan-lahan mengubah kebiasaan digital kita. Selain itu, peningkatan pendidikan digital dan literasi media juga sangat penting agar masyarakat mampu menggunakan teknologi dengan bijak dan sehat, bukannya menjadi korban teknologi itu sendiri.

Secara keseluruhan, detoks media sosial harus menjadi suatu langkah penting yang diharapkan menjadi tren baru di tahun 2025. Dengan mulai mengurangi ketergantungan kita pada media sosial, kita tidak hanya membela kesehatan mental, tetapi juga membangun keseimbangan antara dunia maya dan kehidupan nyata. Sebuah hidup yang lebih produktif, bahagia, dan sehat secara mental bukan lagi sekadar impian, melainkan bisa kita capai bersama. Mari kita mulai dari diri kita sendiri, dan sebarkan gerakan detoks media sosial agar lebih banyak orang dapat merasakan dampak positifnya. Dengan cara ini, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan digital, lebih sehat mentalnya, dan lebih harmonis dalam menjalani kehidupan di era modern ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun