Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Sapu Lidi

23 September 2020   01:37 Diperbarui: 21 Mei 2021   00:48 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filosofi dari sebuah sapu lidi (unsplash/inaki del olmo)

Kedua, sapu lidi dibuat untuk membersihkan kekotoran. Tidak ada jaminan bahwa batin seseorang terus-menerus bersih dan tidak kotor.

Untuk membersihkan batin yang kotor itu maka seseorang mesti berbuat kebaikan. Perbuatan baik akan "menyapu" batin kotor karena perbuatan buruk dan jahat yang dilakukan.

Karena batin seseorang bagaikan cermin yang jika tidak dibersihkan akan kotor. Semakin batin sering dibersihkan maka kan mudah seseorang berbuat baik, bukankah begitu?

Ketiga, Ingatkah pernyataan Aristoteles bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon)? Pernyataan yang bermakna bahwa kodrat manusia untuk hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain.

Betapapun hebat, pintar dan kaya seseorang takkan sanggup hidup sendiri tanpa orang lain. Iya, kan? Di lain sisi perubahan besar yang ingin dilakukan seseorang tanpa mengikutsertakan dan bekerjasama dengan orang lain mustahil tercapai, bukankah begitu?

Baca juga : Mahasiswa dalam Analogi Sapu Lidi

Untuk itu jika ingin terjadi suatu perubahan mutlak melibatkan orang lain dan bekerjasama. Dan bukankah semakin banyak kepala akan muncul banyak ide yang dapat dieksekusi bersama-sama. Sepakat, kah?

Ini seperti tiga buah lidi tiada mampu membersihkan halaman yang luas namun akan mampu dibersihkan halaman luas itu ketika setiap lidi digabung menjadi sebuah sapu lidi, kan sudah jadi sapu lidi?  

Keempat, banggalah dan pertahankan jati diri seperti sapu lidi yang merupakan ciri khas peralatan rumah tangga Indonesia. Hidup Indonesia!

Curup

23 September 2020

JR

[Ditulis untuk Kompasiana.com]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun