Kau berkata Juni membeciku?
Lalu kutanyakan apakah Juli juga begitu?
Tapi masa bodoh ya, November akan datang dengan pelukan
Erat erat dan menaburi dengan hujan hujan yang cantik dan lembut
Tapi Juni sekarang pun hujan, kau berkaka lagi.
Lalu apakah aku mesti kayang dan lari keliling GBK ?
Taukah kau mengapa Juni membenciku?
Ku beri satu kisah karena aku membakarnya!
Kusobek dia dari kalender di dinding, kalender hadiah dari toko emas
Kubakar dia dalam sadar bersama semua barang barang penuh imaji
Dalam kemarau, dalam sekam, dalam bara yang menyala nyala
Kubuang semua kenangan, kusiram semua masa lalu dengan jelantah
Kusulut dengan mematik korek api gas, terbakar jadi abu
Juni salah paham dia kira aku benci dia
Hahahahahaha, harusnya Juni jadi hari bahagia jadi hari yang mewah,Â
Tapi........, ya sudahlah luka lama
Sejak itu dalam tiap tahun dalam Juni setelahnya aku merayakan hari itu
Merayakan kemerdekaan dari orang orang egois yang maruk
Merayakan kebebasan dari jerat cinta yang masokis dan liar lagi buruk hati
Merayakan lahirnya aku yang baru aku yang nyata aku yang kini.
Juni kira aku menyalahkannya, tapi nyatanya aku benci pada orang itu
Orang jahat yang menghianatiku di Juni tanpa hujanÂ
Dan jika Juni sekarang hujan mungkin benciku pada dia sudah sirna
Terbawa genangan yang seret dalam bumi, sisakan basah
Jadi siapa yang salah? Juni? Aku? Orang yang kini asing? bahkan bisa jadi Kau?
Lalu November datang setelah Oktober membawaku ke nostalgia tentang hari hari kecil.
Seperti semua kisah yang dilalui pada Bulan Bulan Masehi, semua ada arti dan harapnya.
Pakulonan Barat. 18 Juni 2022