Lalu... telur itu menetas. Seekor ayam jago kecil... hitam, matanya tajam. Ia mengikuti anak itu ke mana-mana.
Bayangkan... setiap pagi aku berkata: "Ayo makan, Nak." Lalu dua mulut terbuka: satu manusia... satu ayam.
Tapi mereka saling melengkapi. Yang satu bertanya... yang satu diam... Tapi keduanya… menunggu jawaban dari dunia.
Aku ajari anak itu... arti sabar. Dunia tak adil. Tapi kau tetap harus jadi manusia.
“Kau tak perlu jadi raja, Nak... Cukuplah jadi manusia.”
Tapi matanya seperti berkata: "Bukan aku yang memilih takdirku, Kek."
Aku... membesarkan badai.
--
BAGIAN IV – AJARAN TERAKHIR (±5 menit)
Suasana:
Cahaya dingin kebiruan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!