Kadang aku bertanya pada air sungai ini... kenapa kau selalu mengalir... meski tak ada yang menunggu di ujung sana?
Tapi sungai ini tak pernah menjawab. Sama seperti hidupku.
(Senyum kecil, pahit.)
Orang-orang menyebutku... Aki Balangantrang. Kakek tua penjaga sunyi. Batu karang di tepi Citanduy. Hah! Nama yang besar untuk hidup yang kecil.
(Tunduk sejenak.)
Dulu, aku bagian dari istana. Muda, gagah, lapar akan kemenangan. Tapi kemenangan... hanya candu yang membuatmu kehilangan akal. Ketika semua menjadi dusta... aku memilih pergi.
(Suara sungai lebih keras. Aki memejamkan mata.)
Tapi, sungai ini tahu caranya bercanda. Sebab suatu pagi... ia menghanyutkan takdir ke hadapanku.
Sebuah bakul bambu. Di dalamnya, dua titipan yang akan mengubah dunia: seorang bayi kecil... dan sebutir telur ayam.
Bayi yang menangis. Telur yang diam. Dan aku? Orang tua bodoh... yang memilih menyelamatkan keduanya.
(Senyum kecil.)