Mohon tunggu...
Fajar Bagus Permana
Fajar Bagus Permana Mohon Tunggu... Freelance, Blogger, Youtuber, Translator Indonesia English -

Salah satu benda bernyawa di kolong langit yang sedang mencoba kembali berdiri.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengampunan dan Taubat dalam Islam

26 November 2018   08:58 Diperbarui: 26 November 2018   09:06 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.islamicity.org/11211/forgiveness-and-repentance-in-islam/

Allah telah memberikan manusia akal.
Akal membutuhkan tanggung jawab.
Semakin tinggi akal atau daya intelektualitas seseorang maka semakin besar pula tanggung jawabnya.
Ketika akal hilang, maka hilang pula tanggung jawab.
Anak-anak kecil tanggung jawabnya karena tingkat kecerdasan atau akal mereka yang belum berkembang.
Orang gila bahkan tidak memiliki tanggung jawab sama sekali karena mereka telah kehilangan seluruh
kapasitas intelektualnya.
Namun, bagian dari sifat manusia adalah kita semua pasti melakukan kesalahan.
Kadang kita melakukan kesalahan secara tidak sengaja tanpa adanya pertimbangan dan niat.
Namun kadang kita secara sengaja dan sadar berdosa dan berbuat salah kepada orang lain atau kepada Allah.
Pepatah mengatakan: Kesalahan datangnya dari manusia dan kebenaran hanya milik Allah.
Sebagai manusia kita diharuskan untuk bertanggung jawab atas semua hal yang kita lakukan, tetapi kita juga
terus melakukan kesalahan dan kita senantiasa selalu membutuhkan pengampunan/maaf.
Islam memiliki 2 jenis pengampunan: a) Pengampunan dari Allah; b) Pengampunan dari manusia.
Kita sangat membutuhkan keduanya, karena kita senantiasa melakukan kesalahan dalam hubungan kita
kepada Allah dan sesama kita manusia.

Ada banyak nama Allah yang disebutkan dalam Al-Qur'an.

Mereka disebut juga dengan Nama-nama Paling Indah dan mereka menunjukkan atribut dan kualitas yang beragam dari Allah.

Beberapa dari nama-nama Allah tersebut berhubungan dengan belas kasih dan pengampunan-Nya.

1. Al-Ghafur (Maha Memaafkan): Nama ini muncul dalam Alquran lebih dari 70 kali.

Ada juga nama lain dari akar yang sama, seperti Ghafir dan Ghaffar.

Arti dari bahasa Arab ghafara adalah untuk menutupi, untuk menyembunyikan dan dari situ muncul makna yaitu untuk memaafkan, untuk mengampuni, mengampuni dan memaafkan.

Allah melakukan semua hal ini.

Dalam Al Qur'an, disebutkan bahwa: Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali. (An-Nisa', 116)

Maka kita harus kembali kepada Allah untuk mencari pengampunan-Nya.

2. Al-`Afuw (Maha Mengampuni): Ini merupakan sisi lain dari pengampunan.

Nama ini muncul dalam Al Qur'an sebanyak lima kali.

Secara harfiah, kata 'Afw berarti melepaskan, untuk menyembuhkan, untuk memulihkan, untuk membebaskan.

Jadi dalam kaitannya dengan Allah itu berarti melepaskan kita dari beban hukuman karena dosa dan kesalahan kita; untuk mengembalikan kehormatan kita setelah kita mencemarkan diri kita sendiri karena telah melakukan dosa dan membuat kesalahan.

Dalam Al-Qur'an ditemukan juga kalau kedua nama, Afuw dan Ghafur berkumpul bersama.

3. Al-Tawwab (Maha Penerima Taubat): Nama Allah ini disebutkan dalam Alquran sebanyak sekitar 11 kali.

Allah menerima taubat dari orang-orang yang dengan tulus bertaubat dan kembali kepada-Nya.

Kata tawwab memberi arti sering kembali, yang berarti bahwa Allah lagi dan lagi selalu menerima pertaubatan dari hambanya.

Kita membuat dosa dan kesalahan maka kita bertaubat, Allah senantiasa menerima pertaubatan kita.

Kemudian kita melakukan dosa dan membuat kesalahan kembali dan ketika kita bertobat, Allah sekali lagi dengan murah hati menerima kita dan memberi kita satu kesempatan lagi.

4. Al-Haleem (Maha Berbelas Kasih): Nama ini disebutkan lima belas kali dalam Al Qur'an.

Ini berarti bahwa Allah tidak cepat menghakimi.

Dia memberi waktu.

Dia menunggu dan sabar untuk melihat hamba-Nya kembali kepada-Nya.

5. Ar-Rahman dan Ar-Rahim (Maha Penyayang dan Maha Pengasih): Nama-nama ini adalah yang paling sering disebutkan dalam Al Qur'an.

Ar-Rahman disebutkan sebanyak 57 kali dan Ar-Rahim disebutkan sebanyak 115 kali.

Ar-Rahman menunjukkan bahwa rahmat Allah itu berlimpah dan sangat banyak dan Al-Rahim menunjukkan bahwa inilah sifat Allah.

Allah itu penuh dengan cinta dan belas kasihan dan Maha Penyayang.

Al-Qur'an mengajarkan bahwa Allah adalah juga seorang Hakim dan Dia juga menghukum siapa yang salah, tetapi Allah tidak hanya memberikan hukuman saja.

Keadilan Allah, menurut Al Qur'an adalah bahwa Allah tidak pernah dan tidak akan memberikan hukuman yang tidak semestinya pada siapa pun.

Dan Dia tidak akan mengabaikan kebaikan yang telah dilakukan oleh hamba-Nya.

Maka jika Dia ingin mengampuni seorang pendosa, Dia memiliki kuasa penuh untuk melakukannya.

Rahmat dan kasih-Nya tidak terbatas.

Ada banyak ayat dalam Al Qur'an dan perkataan Nabi Muhammad (SAW) tentang cinta, belas kasih dan pengampunan Allah.

Dalam salah satu doa yang diajarkan Nabi, beliau bersabda, Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, Engkau suka mengampuni, maka ampunilah aku. (At-Trimizi & Ibn Majah)

Kita membutuhkan belas kasihan dan pengampunan Allah sepanjang waktu.

Adalah salah bila beranggapan bahwa seseorang akan menemukan keselamatan tanpa pengampunan Allah.

Sama pentingnya untuk percaya pada belas kasih dan pengampunan/pemaafan Allah, juga sangat penting untuk mendasari hubungan manusia dengan manusia pada pengampunan/pemaafan.

Kita tidak dapat mengharapkan pengampunan dari Allah kecuali jika kita juga memaafkan mereka yang telah berbuat salah kepada kita.

Memaafkan satu sama lain, bahkan memaafkan musuh adalah salah satu ajaran Islam yang paling penting.

Dalam Al-Qur'an, Allah juga menggambarkan sifat orang-orang beriman seperti: dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf. (Asy-Syura, 37)

Dalam surah yang sama, Allah berkata: Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim. (Asy-Syura, 40)

Di surah lain Al-Qur'an mengatakan: Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar. Dan bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan. (An-Nahl, 126-127)

Dalam salah satu perkataan Nabi Muhammad (SAW) yang terkenal, diceritakan bahwa Beliau mengatakan bahwa Allah telah memerintahkannya tentang sembilan hal.

Salah satunya yang Beliau sebutkan adalah, bahwa saya harus memaafkan mereka yang telah berbuat salah kepada saya.

Nabi Muhammad adalah seorang yang paling pemaaf.

Beliau selalu siap untuk memaafkan musuh-musuhnya.

Ketika Beliau pergi ke Ta'if untuk mendakwahkan pesan Allah kepada umatnya, mereka menganiaya Beliau.

Mereka menyiksa dan melemparnya dengan batu.

Beliau lalu meninggalkan kota itu dengan dipermalukan dan terluka.

Ketika beliau berteduh di bawah pohon, malaikat Allah menampakkan diri kepadanya dan memberitahukan bahwa Allah telah sangat marah dengan orang-orang Ta'if dan mengirim malaikat-Nya untuk menghancurkan mereka karena telah menganiaya Rasul kekasih Allah.

Yang terjadi malah sebaliknya, Nabi Muhammad SAW malah berdoa kepada Allah untuk mengampuni orang-orang Ta'if, karena apa yang mereka lakukan adalah karena ketidaktahuan mereka.

Beliau berkata: Ya Allah, bimbinglah orang-orang ini, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan. (Al-Bukhari)

Berikutnya diceritakan, ketika Baginda Rasul memasuki kota Mekah setelah berhasil meraih kemenangan, Nabi Muhammad SAW menemukan di depannya beberapa musuh bebuyutannya.

Orang-orang yang berperang dengannya selama bertahun-tahun, menganiaya para pengikutnya dan membunuh banyak dari mereka.

Sekarang Beliau memiliki kuasa penuh untuk melakukan apa pun yang Beliau inginkan untuk menghukum mereka atas kejahatan mereka.

Nabi Muhammad SAW kemudian bertanya kepada mereka: Menurut kalian, apa yang akan saya lakukan pada kalian sekarang?

Mereka berkata akan menerima apapun asal bukan pembalasan atas apa yang telah mereka lakukan sebelumnya dan memohon belas kasihan dari Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW lalu berkata, Hari ini saya akan mengatakan kepada kalian semua apa yang Yusuf (Nabi Yusuf) katakan kepada saudara-saudaranya: 'Tidak ada kesalahan pada kalian semua hari ini. Pergilah, kalian semua bebas'. (Al-Albani)

Saat itu juga mereka semua malah berkumpul dan masuk Islam.

Salah satu contoh lagi pengampunan yang sangat fantastis yang bisa kita temukan dalam Al-Qur'an mengarah pada peristiwa yang paling buruk dari peristiwa Fitnah kepada Aisha.

Beberapa orang munafik Madinah menuduhnya.

Mereka mencoba merusak citra karakter mulianya.

Salah satu dari pemfitnah itu ternyata adalah Mistah, sepupu dari ayah Aisha, Abu Bakar.

Abu Bakar selalu memberi bantuan keuangan kepada pemuda ini.

Setelah ia memfitnah putrinya, Abu Bakar bersumpah tidak akan membantunya lagi.

Tetapi Allah mengingatkan Abu Bakar dan semua orang-orang beriman: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (An-Nur, 22)

Abu Bakar kemudian keluar dari rumahnya dan berkata pada dirinya sendiri: Ya, saya sangat menginginkan pengampunan dari Allah.

Lalu Abu Bakar tidak hanya tetap terus membantunya tetapi dia malah meningkatkan bantuannya pada Mistah.

Islam menegaskan keadilan dan hukuman bagi pelaku tindakan yang salah, tetapi Islam juga sangat menekankan pada belas kasih, kebaikan dan cinta.

Keadilan, hukum dan ketertiban sangat diperlukan untuk pemeliharaan tatanan sosial, tetapi ada juga kebutuhan akan pemaafan untuk menyembuhkan luka dan memulihkan hubungan baik antar sesama manusia.

Kita harus ingat bahwa sebanyak apa kita membutuhkan pengampunan dari Allah akan dosa dan kesalahan kita sendiri, sebanyak itu pula kita harus memberikan maaf kepada mereka yang telah berbuat salah kepada kita.

Artikel ini disadur dari artikel berbahasa Inggris dari laman www.islamicity.org yang dikarang oleh MUZAMMIL SIDDIQI terbit pada 17 April 2018 dengan judul "Forgiveness and Repentance in Islam".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun