Jalan Keluar: Dari Regulasi ke Kreativitas
Pemerintah Kota Gorontalo punya banyak cara untuk menyelamatkan warisan ini:
Integrasikan zonasi heritage ke dalam tata ruang kota, dengan insentif seperti potongan pajak dan subsidi renovasi.
-
Dorong adaptif re-use: jadikan bangunan tua hidup kembali sebagai kafe, galeri, homestay, atau co-working space.
Hidupkan komunitas budaya melalui festival kota tua, heritage walk, hingga kampanye publik.
Kuncinya ada pada perubahan cara pandang: pelestarian jangan dilihat sebagai beban, melainkan peluang ekonomi sekaligus kebanggaan identitas.
Dekatkan Warisan dengan Generasi Muda
Pelestarian harus dibuat relevan bagi generasi muda. Caranya? Bukan hanya lewat buku pelajaran, tapi melalui pengalaman langsung: jalan-jalan sejarah, pameran arsip, lomba foto, festival musik di kawasan tua, hingga konten digital kreatif. Dari sana, rasa bangga akan lahir secara alami.
Gorontalo berpotensi besar menjadi living heritage site: kawasan bersejarah yang tetap dihuni, dipakai, dan dihidupkan masyarakat. Seperti Hoi An di Vietnam atau Kayutangan Heritage di Malang, warisan kota bisa berjalan beriringan dengan geliat ekonomi modern.
Menentukan Arah Masa Depan Kota
Kini, wajah Kota Tua Gorontalo berada di persimpangan: apakah hilang, atau bangkit kembali? Kehilangan bangunan bersejarah berarti kehilangan identitas, memori kolektif, dan daya tarik wisata. Namun dengan regulasi yang ditegakkan, insentif nyata, serta kolaborasi pemerintah, komunitas, dan masyarakat, Gorontalo bisa bangkit sebagai living heritage city---ruang kota yang bukan hanya menyimpan sejarah, tetapi juga menggerakkan ekonomi dan membangun kebanggaan generasi muda.