Mohon tunggu...
Faiz Muhammad Anis Kaba
Faiz Muhammad Anis Kaba Mohon Tunggu... Arkeolog/ Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Cagar Budaya/ Penyelam Arkeologi/ Pamong Budaya Ahli Muda/ Museolog/ Ahli Cagar Budaya/ Ahli Pemugaran Cagar Budaya, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVII Kementerian Kebudayaan

Arkeologi bukan sekadar ilmu tentang masa lalu, tetapi juga jembatan untuk membangun masa depan—sebuah masa depan di mana generasi muda mampu mengenali akar sejarahnya, menghargai warisan budayanya, dan menjadikannya sumber inspirasi untuk terus maju.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kota Tua Gorontalo di Persimpangan: Modern, Tapi Jangan Kehilangan Identitas

29 Agustus 2025   01:08 Diperbarui: 29 Agustus 2025   01:08 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istana Kerajaan Gorontalo (Insdorie Gorontalo) awal abad XIX. Litografi karya C.W.M. van de Velde,  (Sumber: Sketsa H. C. Reinwardt, 1821)

Jika tren ini berlanjut, Gorontalo terancam menjadi kota anonim: wajahnya modern, tetapi kehilangan jati diri. Generasi muda akan tumbuh di ruang kota yang serba baru, tapi kosong identitas, karena tak lagi bisa membaca jejak leluhur.

UNESCO melalui Historic Urban Landscape (HUL) menegaskan: pembangunan boleh berjalan, tapi jangan sampai memutus warisan sejarah. Kota tanpa memori ibarat manusia tanpa akar.

Dampak Nyata Kehilangan Warisan

Hilangnya bangunan bersejarah bukan hanya soal estetika. Dampaknya serius:

  • Wisata budaya merosot. Kota tua tanpa bangunan bersejarah ibarat taman tanpa bunga.

  • Label "kota tua" tinggal nama. Jakarta sempat mengalaminya sebelum revitalisasi kawasan Kota Tua.

  • Hilangnya arsip tiga dimensi sejarah. Narasi Kesultanan Gorontalo, kolonial Belanda, hingga awal republik terputus dari ruang nyata.

Banyak kota lain bisa jadi pelajaran: Manila kehilangan hampir seluruh Intramuros, Singapura berhasil menyelamatkan Chinatown, sementara Hanoi menjaga kota lamanya dengan dukungan UNESCO.

Potret Ketidakpedulian

Salah satu contoh nyata adalah eks Rumah Kepala Jawatan Pos dan Telegraaf Gorontalo peninggalan masa Hindia Belanda. Bangunan cagar budaya ini kini terbengkalai, atapnya runtuh, kayunya lapuk, dan dibiarkan menunggu musnah. Padahal, ia merupakan saksi awal sejarah komunikasi modern di Gorontalo.

Cagar Budaya Eks. Rumah Kepala Jawatan Pos dan Telegraaf Gorontalo, diterlantarkan dan dibiarkan rusak agar musnah (Sumber foto: tidak diketahui)
Cagar Budaya Eks. Rumah Kepala Jawatan Pos dan Telegraaf Gorontalo, diterlantarkan dan dibiarkan rusak agar musnah (Sumber foto: tidak diketahui)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun