Mohon tunggu...
Faisal Ridho Sakti
Faisal Ridho Sakti Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Seorang Dokter yang terus belajar untuk kebermanfaatan umat. Instagram : @faisalsakti

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Misi Kemanusiaan di Negeri Angkor Wat, Kamboja

24 Februari 2020   21:38 Diperbarui: 24 Februari 2020   23:25 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Januari 2020 menjadi bulan yang istimewa bagiku. Betapa tidak, di awal bulan aku bisa menyaksikan kebahagiaan di raut wajah orang tuaku karena berhasil diwisuda sebagai hafiz dan selanjutnya di pertengahan bulan sebagai dokter. Lantas, apa yang akan aku lakukan setelah menjadi seorang dokter?

Untungnya pertanyaan ini bisa segera terjawab karena aku mendapatkan kesempatan berharga di akhir bulan Januari 2020 untuk bisa berkontribusi bersama GIVE (Global Islamic Volunteering Expedition) Society dalam menjalan misi kemanusiaan di Negeri Angkor Wat, Kamboja.

Luar biasa skenario Allah untuk menjadikan hamba-Nya sebagai pelayan kesehatan yang dapat mengabdi bagi warga muslim di pelosok-pelosok desa Kamboja.

Atas izin-Nya, aku terpilih sebagai salah satu delegasi fully-funded yang terseleksi dari ribuan pendaftar program ini. Bersama 18 orang hebat lainnya, pada tanggal 26 Januari 2020 akhirnya aku berangkat menyusuri seluk-beluk lika-liku kehidupan warga muslim Kamboja.

Sebagai seorang dokter yang baru saja disumpah, aku diamanahi oleh panitia GIVE Society untuk memegang projek kesehatan selama kegiatan berlangsung.

Kesempatan ini merupakan pertama kalinya GIVE Society mengadakan program kerja berbau medis. Kami berencana mengadakan pelayanan pemeriksaan kesehatan gratis di tiga desa muslim Kamboja. Kedengarannya program pelayanan kesehatan gratis ini sudah lumrah dan acap kali dilakukan di Indonesia, namun tidak di ketiga desa ini.

Hal lain yang menjadi tantangan adalah barier bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sangatlah berbeda. Meski di Indonesia memiliki ribuan bahasa dengan berbagai suku yang ada, hampir setiap warga Indonesia---di pulau terpencil sekali pun, masih mampu berkomunikasi menggunakan bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Untuk kali ini, kami yang hanya mengandalkan kosakata bahasa Khamer dan penerjemah yang telah disediakan panitia GIVE. Faktanya di lapangan, ternyata masyarakat tidak fasih berbahasa Khamer lebih banyak menggunakan bahasa Cham bahasa bangsa mereka sendiri sehingga bekal kosakata bahasa Khamer yang kami punya jarang terpakai.

Sebelum bercerita lebih lanjut terkait bahasa anamnesis dengan pasien, ada hal menarik lain yang akan aku ceritakan saat persiapan keberangkatan. Amunisi utama seorang dokter selain bahasa tentunya adalah obat-obatan. Ini baru pertama kalinya aku akan memberikan pelayanan kesehatan di negeri orang.

Bukan hanya satu strip saja obat yang aku bawa, namun ada ratusan tablet obat dengan berbagai jenis obat yang akan aku "selundupkan" di bandara luar negeri. Aku sudah sangat khawatir akan dideportasi di negeri orang karena dicurigai membawa obat-obatan terlarang.

Hal yang lebih membuatku tidak bisa tidur dengan nyenyak sebelum keberangkatan adalah sebuah berita yang kubaca bahwa Indonesia pernah mendeportasi tenaga medis berkewarganegaraan Amerika Serikat yang akan memberikan pelayanan kesehatan saat terjadi bencana di Nusa Tenggara Barat (NTB).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun