Mohon tunggu...
Faisal Ridho Sakti
Faisal Ridho Sakti Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Seorang Dokter yang terus belajar untuk kebermanfaatan umat. Instagram : @faisalsakti

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Misi Kemanusiaan di Negeri Angkor Wat, Kamboja

24 Februari 2020   21:38 Diperbarui: 24 Februari 2020   23:25 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tidak menyiapkan alat untuk melakukan operasi minor di musala kala itu. Kasus sulit lainnya yang aku temukan adalah seorang wanita berusia 28 tahun, sudah menikah selama tujuh tahun, dan belum pula dikaruniai momongan.

Setelah digali lebih dalam, terdapat riwayat menstruasi yang tidak normal, seringkali waktu tunggu untuk menstruasi berikutnya membutuhkan waktu sampai satu bulan lebih.

Aku jelaskan edukasi kesehatan untuk wanita tersebut ke Pak Maher dalam bahasa Indonesia dan beliau yang menyampaikan untuk berobat ke dokter kandungan. Alhamdulillah, di Desa Kheil kami bisa memberikan pelayanan kesehatan kepada 55 warga.

Mengingat perjalanan yang cukup jauh untuk kembali ke Phnom Penh, lekas zuhur kami beranjak pulang ke hotel. Sesampainya di Phnom Penh kami langsung menuju restoran halal langganan sembari menikmati sate khas Kamboja yang begitu lezat.

Kami menyantap hidangan malam itu dengan lezat sembari menikmati "debat Internasional" nan lucu antara Fathur dan Ruslan, anak kedua Pak Maher. Kami harus segera beristirahat dan bersiap untuk menjalankan misi kesehatan esok harinya.

Kampung Apung Chrampak

Desa terakhir yang kami kunjungi hampir mirip dengan kampung Anlung Chen, yaitu Kampung Chrampak. Ia berada di pusat kota Phnom Penh namun mereka tinggal di bantaran Sungai Basak.

Cukup menempuh perjalanan 20 menit dari hotel untuk menjangkau lokasi. Kami tidak harus menyebrang sungai seperti saat di Anlung Chen, hanya masuk ke perkampungan imigran Vietnam dan langsung menjangkau pinggiran sungai dengan perahu-perahu yang berjejer di sana. Terdapat satu musala apung yang kami gunakan sebagai pusat kegiatan pelayanan.

Hal yang menarik saat melakukan pemeriksaan di atas musala apung ini adalah ketika perahu-perahu besar melintas, hempasan ombak kecil mengguncang badan musala apung ini. Seketika terjadi goncangan seakan-akan terjadi gempa bumi. Saat fokus sudah memuncak di kala memeriksa pasien, tiba-tiba ambyar seketika saat "gempa bumi" dadakan itu datang. Kepalaku langsung pening dan aku terdiam sejenak.

Baru di lokasi ketiga ini aku benar-benar bisa menggunakan bahasa dasar Cham, yang tadi nya bertanya "Chue Aeke?", sekarang aku ganti dengan "Wak ke?" yang artinya "apa yang dikeluhkan?".

Bahasa simptomatis (red: mengenai keluhan) lainya dalam bahasa Cham juga sudah mulai aku pahami. Aku semakin menikmati hari-hari akhir pengabdianku di Kamboja ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun