Di laci meja, aku temukan gigimu
masih tersenyum walau kau sudah lama
meninggalkan napasmu di bantal yang
kubasuh tiap malam dengan doa patah.
Ah, kamu memang pandai bercanda:
meninggal di hari ulang tahunku,
pakai gaun putih tanpa bilang-bilang.
Aku sempat mengira kau hanya
bersembunyi di lemari, main petak-umpet
dengan detak jam dan aroma formalin.
Ternyata tidak.