Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Identifikasi Semar sebagai Analogi Sem bin Nuh (Bagian 2)

26 Juli 2020   20:31 Diperbarui: 26 Juli 2020   20:52 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yama dan Semar. (sumber: pinterest.com/vasivasishta26 dan foto Crisco 1492 - telah diedit sesuai kebutuhan)

Dari uraian di atas, saya pikir sudah tergambar apa yang menyebabkan mata Semar senantiasa sembab dan berlinang air mata. Yakni, terkait dengan penyesalan luar biasa dirinya, atas siksaan, dan hukuman yang ia terima.

Ini yang di sisi lain, terekam dalam sebutan Cemara dalam bahasa Inggris "pine tree". Di mana menurut www.etymonline.com kata "pine" berasal dari bahasa Inggris Kuno Pinian = "torment, afflict, cause to suffer" (siksaan, penderitaan, menyebabkan penderitaan), dan dari pin (n.) = "pain, torture, punishment" (Sakit, siksaan, hukuman). Dianggap berasal dari bahasa Latin poena = "punishment, penalty" (hukuman, penalti). 

Secara pribadi, saya melihat, terlepas dari siksaan hukuman yang ia derita, hal yang paling menyedihkan yang layak disimbolisasi dalam gambaran "mata sembab dan linangan air mata" Semar, adalah rasa penyesalan yang sangat mendalam atas kegagalannya, yang berefek sangat luar biasa dalam perjalanan peradaban manusia selanjutnya. 

Hal yang saya pikir sangat penting untuk dicermati, adalah terkait riwayat yang berkembang dalam tradisi Islam, bahwa Sem adalah salah satu orang yang dibangkitkan  Yesus dari kematian, sebagai salah satu pembuktiannya kepada kaum Bani Israel. [Ibn Kathir: Stories of the Prophets] 

Masalahnya, tidak ada cerita lebih lanjut, apakah Sem kemudian meninggal dunia atau tidak.

Dengan menimbang bahwa yang dibangkitkan Yesus adalah seorang "mantan manusia abadi", maka, secara pribadi, saya berpikir bahwa bisa jadi momentum itu membuat Sem melanjutkan statusnya sebagai manusia abadi. Kesempatan ini membuatnya dapat menyaksikan sisa-sisa kegagalannya.

Karena itu, saya pikir, kisah metafora yang terekam dalam mitologi Semar, adalah bagian kisah hidup Yama setelah ia dibangkitkan. 

Sosok Semar yang digambarkan dalam pewayangan sebagai pemandu, pembimbing, dan pelindung para kesatria yang berwatak baik, bisa dikatakan adalah jalan atau kesempatan buat Sem memperbaiki kegagalannya di masa lalu.

Saya dapat membayangkan jika uraian saya dalam seri tulisan ini (Identifikasi Semar sebagai Analogi Sem bin Nuh) dapat dianggap terlampau berlebihan oleh para pembaca sekalian. Mungkin akan dianggap hoax. 

Tapi, apa pun penilaian yang akan datang dari pembaca, saya pribadi hanya ingin fokus menyampaikan apa yang saya percaya telah diberi kesempatan untuk saya ketahui oleh Sang Pencipta. Pada saatnya, waktu akan memperjelas semuanya... :)

Demikian apa yang wajib saya sampaikan. Semoga bermanfaat. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun