Adapun mengenai mengapa mata Semar senantiasa sembab dan berlinang air mata, dalam pandangan saya, ini merupakan gambaran suasana kebathinan Sem bin Nuh, terkait perjalanan hidupnya.Â
Untuk memahami hal tersebut, saya ingin mengajak pembaca untuk mencermati sisi kehidupan Sem bin Nuh yang terekam dalam mitologi yang berkembang di wilayah Persia.
Kepingan Puzzle Sejarah Hidup Sem bin Nuh
Sebelum saya mulai mengulas mitologi orang Persia yang saya anggap sebagai puzzle sejarah hidup Sem bin Nuh, terlebih dahulu saya ingin mengulas beberapa hal, terutama terkait literatur agama Samawi yang menggambarkan bahwa Sem bin Nuh sebagai salah satu putra Nuh yang beriman. Beberapa sumber bahkan mengidentifikasi Sem sebagai nabi.
Dalam tradisi Syiah misalnya, Imam Ja'far al-Sadiq telah menceritakan kepada rekan-rekannya bahwa Jibrael mengunjungi Nuh ketika mendekati waktu kematiannya, menyampaikan pesan Tuhan:Â
"Oh Nuh! Kenabianmu telah kedaluwarsa dan hari-harimu sudah selesai, (...) jadi warisankanlah pengetahuan kenabian, serahkan kepada putramu, Sam (Sem), karena aku tidak meninggalkan Bumi kecuali bahwa ada yang berpengetahuan di mana kepatuhan kepada-Ku (Tuhan) dapat terjadi... [al-Kulayni, Muhammad ibn Ya'qb (2015). Al-Kafi (Volume 8 ed.]
Dalam tradisi Sunni, Sejarawan Islam awal seperti Ibn Ishaq dan Ibn Hisham selalu memasukkan nama Sem dalam silsilah Muhammad.
Dan berikut ini ulasan mitologi orang Persia yang saya anggap sebagai puzzle dari sejarah hidup Nabi Sem bin Nuh....Â
Dalam mitologi yang berkembang di wilayah Persia, dikenal tokoh mitologi bernama Jamshid, yang dalam bahasa Avestan (teks-teks agama Zoroastrianisme) disebut Yima, dan dianggap sinkronisme Yama dalam kitab Weda.
Dalam mitologi orang-orang Persia, Jamshid digambarkan sebagai raja keempat dan terhebat dari Dinasti Pishdadian. Ini sejalan dengan konsep "the Four Heavenly Kings" lokapala Buddhisme. Yang menempatkan Yama sebagai raja keempat sebagai pelindung arah selatan, dan  merupakan representasi dunia bawah.
Dalam tulisan sebelumnya (Ini Asal-Usul Nama "Jawa" Menurut Konsep Lokapala...) telah saya rinci bahwa konsep empat figur dewa dalam "the Four Heavenly Kings"Â mengindikasikan analogi dari 4 orang nabi di masa kuno.Â
Tersusun dari posisi Timur sebagai posisi awal yang ditempati Dewa Indra sebagai analogi Nabi Adam, posisi Utara ditempati Dewa Kubera sebagai analogi Nabi Seth, posisi Barat ditempati Dewa Varuna sebagai analogi Nabi Idris, dan posisi Selatan ditempati Dewa Yama sebagai analogi Nabi Sem / Sam.Â