Mohon tunggu...
Entrepreneur Artikel Utama

Dari Kayu Pinus hingga Meja Dapur Nusantara, Kisah Hariono Menembus Pasar Luar Pulau

19 Agustus 2025   07:23 Diperbarui: 19 Agustus 2025   07:59 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggunaan mesin bor untuk membuat lubang pada talenan kayu. Proses ini merupakan salah satu tahap penting dalam produksi peralatan dapur.

Ruangan berukuran sekitar 8x10 meter itu dipenuhi aroma segar kayu pinus, wangi alami yang menenangkan sekaligus membangkitkan semangat kerja.

Di sisi kanan bengkel, beberapa papan kayu pinus tersusun rapi menunggu giliran masuk ke meja potong. Dua pekerja muda berdiri berseberangan, satu memegang papan, satunya lagi mengarahkan mesin potong dengan gerakan mantap namun hati-hati.

Serbuk kayu beterbangan, menempel di kulit dan pakaian mereka, tapi tak ada keluhan --- hanya tatapan fokus dan sesekali obrolan ringan yang memecah keheningan.

Di meja panjang dekat pintu, tiga pekerja lain duduk membungkus talenan yang sudah halus. Setiap produk dimasukkan ke plastik bening tebal, lalu diberi label dan stiker sederhana bertuliskan "Kayu Pinus -- Anti Jamur -- Tahan Lama". 

Kardus besar diletakkan di samping mereka, siap menampung puluhan bahkan ratusan talenan. Bau plastik baru bercampur dengan wangi kayu, menciptakan aroma khas yang sulit ditemukan di tempat lain.

Keseharian Hariono, memimpin sekaligus terlibat langsung dalam produksi bengkel kayu. 
Keseharian Hariono, memimpin sekaligus terlibat langsung dalam produksi bengkel kayu. 

Di luar bengkel, halaman yang tak terlalu luas digunakan sebagai area pengeringan. Deretan talenan setengah jadi dijemur di bawah terik matahari. Sinar matahari membuat serat-serat kayu tampak mengilap keemasan. Sesekali, Hariono keluar untuk memeriksa tingkat kekeringan kayu, menyentuh permukaannya, dan mengangguk puas.

Tak jauh dari area jemur, sebuah truk kecil parkir menunggu muatan. Sopirnya duduk sambil menyeruput kopi panas dari gelas kaca, sementara dua pekerja mulai mengangkut kardus-kardus berisi talenan dan ulekan. Ada yang akan dikirim ke pasar tradisional di kota tetangga, ada pula yang menempuh perjalanan panjang melalui kapal laut menuju Balikpapan atau bahkan Miga di Papua.

Hariono berdiri di tepi pintu bengkel, memperhatikan proses pengangkutan dengan senyum bangga. "Kalau barang sudah diangkut, rasanya lega. Tinggal tunggu kabar sampai di tangan pembeli," ucapnya.

Strategi Grosir yang Menguntungkan

Bagi Hariono, memilih jalur grosir bukan sekadar keputusan bisnis --- itu adalah filosofi kerja. Ia memahami benar bahwa pasar memiliki "ekosistem harga" yang harus dijaga. Menjual eceran dalam jumlah kecil dengan harga terlalu rendah dapat merusak kepercayaan pedagang besar, memicu persaingan tidak sehat, dan pada akhirnya membuat rantai distribusinya kacau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun