Sebelum menjadi pengusaha, Hariono menghabiskan 12 tahun di Malaysia. Pulang kampung pada awal 2020, ia sempat membuat gantungan baju dari kayu. Sayang, pasar tak bersahabat. Ia lalu mengalihkan fokus ke talenan, ulekan bawang, ulekan keripik, dan rolling pin.
Keputusan itu menjadi titik balik. Permintaan mulai mengalir, terutama dari pedagang grosir yang melayani ibu-ibu rumah tangga --- segmen pasar yang ternyata sangat setia. keputusan yang kelak mengubah nasibnya.Â
Talenan, ulekan bawang (pasa brambang), ulekan keripik (pasa gripek), dan rolling pin untuk kue menjadi produk andalan yang segera menarik perhatian pasar, terutama para ibu rumah tangga.
Media Sosial sebagai Jembatan Pasar
"Biasanya kalau sudah cocok, kita lanjut ke WhatsApp atau video call. Pembeli bisa lihat produknya langsung," --- Hariono.
Hariono bukanlah pebisnis digital yang lihai mengutak-atik algoritma, Hariono tidak menutup diri dari teknologi. Ia memanfaatkan Facebook untuk bergabung di grup jual beli, menampilkan produknya, dan berinteraksi dengan calon pembeli.Â
Dengan bergabung di grup jual beli peralatan rumah tangga, ia membangun jaringan pembeli. Kontak di dunia maya berlanjut ke WhatsApp atau video call untuk memamerkan produk. Dari situ, jaringan pelanggannya mulai terbentuk.
Kini, pemasarannya menjangkau Palembang, Surabaya, Jakarta, Balikpapan, Makassar, hingga Papua (Miga). Sebagian besar pembelian dilakukan secara grosir.Â
TikTok pun mulai ia jajal, walau fokusnya masih pada penjualan langsung, bukan konten hiburan. Meski belum masuk serius ke Shopee atau TikTok Shop, Hariono mengakui peluangnya besar. "Kalau waktunya cukup, mungkin nanti saya coba," ujarnya.
Pabrik Kecil Tanpa Libur
"Mau Minggu kerja, silakan. Nggak ada paksaan, semua fleksibel," --- Hariono