Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ekspedisi Ventira, Negeri yang Hilang (31/Masuk Bag:6/ Jika Mendegus, Itu Bukan Cinta)

8 Juni 2020   20:42 Diperbarui: 8 Juni 2020   21:09 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita/ilustrasi: Franklin Towoliu

 "Baik pak. Mohon maaf sebelumnya. Kebetulan saya punya seorang sahabat yang kosong dan lagi butuh job. Ia sangat berpengalaman dan pernah memanegeri artis dan pejabat negar. Tadi pagi ia mengontak saya minta tolong dicarikan job." Terdengar suara wanita di handphone.

 "Bagus itu. Segera hubungi dia sekarang dan persiapkan untuk wawancara dengan saya via telefon besok. Jangan sampai dia menolak. Segera katakan padanya bahwa upahnya dalam misi ini akan beberapa kali lipat dari nilai kontrak yang pernah dia tanda tangani." Pak Hapri terdengar antusias.   

 "Baik Bos. Segera saya hubungi sehabis telefon dengan bapak ini."

 "Oh, iya. Siapa namanya?" kejar Pak Hapri.

 "Eva bos. Lengkapnya Eva Putriani Bahdowi." Sahut suara di henadphone lagi.

 "Ok kalau begitu saya tunggu besok untuk wawancara dengan Ibu Eva. Dan ada lagi satu tugas khusus untuk mu. Secepatnya, segera juga bentuk tim lain sekitar tiga orang termasuk kamu, untuk menjemput tamu dari Jerman bulan depan. Upayakan carilah dari departemen wisata dan imigrasi agar supaya ada akses untuk melacak  daftar tamu dari Jerman namun berkewarganegaraan Belanda. Upayakan besok segera dikonfirmasikan. Jika sudah terbentuk, secepatnya segera aktif melakukan pengecekan daftar tamu asing dari Jerman. Tim yang akan kamu bentuk ini tidak boleh gagal. Harus berhasil. Karena pekerjaan yang saya tugaskan kepada mu ini menyangkut kelangsungan perusahaan ke depan. Tolong upayakan bagaimanapun caranya. Sebagai petunjuknya, saya pastikan kedatangan turis Jerman ini sekitar dua atau tiga minggu lagi, di dalam bulan ini. Ia ditemani seorang wanita WNI." Kali ini pak Hapri menjelaskan dengan panjang.  

 "Baik pak. Saya siap melakukan perintah bapak." Sahut Amelia di handphone Sony Erickson yang ada dalam genggaman Pak Hapri. 

 "Baiklah kalau begitu. Saya tunggu besok. Selamat bekerja dan selamat malam." Kata Pak Hapri lagi dan langsung mematikan panggilan. Ia menarik nafasnya agak dalam. Seperti baru melepaskan setumpuk kelelahan.

 Dari atap terdengar suara guyuran hujan. Padahal sejak sore ia turun sebagai rinai saja. Menjelang semakin malam, langit yang kaya seakan sedang menumpahkan isi sebuah Danau ke atas kota Palu yang penat siang tadi. 

Dari beberapa masjid melantun senandung sembahyang yang menerobos di antara curah hujan. Rasa damai yang indah perlahan menyusupi kalbu setiap orang, seolah menawarkan janji bahwa besok langit akan setia mencurahkan berkat, untuk  menemani hari-hari sukar manusia.

 'Rasa damai yang indah perlahan menyusupi kalbu setiap orang, seolah menawarkan janji bahwa besok langit akan setia mencurahkan berkat, untuk  menemani hari-hari sukar manusia.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun