Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... GURU - PENCARI MAKNA

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta Adalah Segalanya yang Tak Terucap

29 Juli 2025   20:38 Diperbarui: 29 Juli 2025   20:43 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit malam tanpa bintang, sunyi dan gelap—seperti cinta yang datang diam-diam, tanpa suara, tapi tinggal begitu dalam.  (Pexels)

Cinta Adalah Segalanya yang Tak Terucap

Cinta bukan suara,
tapi senyap yang tinggal setelahnya.
Ia datang tanpa tanda,
pergi tanpa pamit
seperti malam yang menutup langit
tanpa pernah mengetuk pintu.

Cinta adalah hujan
yang lupa pada musim,
turun di tanah
yang hampir kehilangan nama.
Ia tak tumbuh menjadi pohon,
tapi menyusup sebagai akar
di balik batu,
di sela luka yang diam.

Cinta adalah jendela
yang terbuka ke arah yang asing,
membiarkan cahaya dan badai
datang bersamaan.
Ia tak menjanjikan teduh,
tapi memberi pelajaran
tentang betapa kuatnya jiwa
yang memilih bertahan.

Cinta adalah waktu
yang melupakan jam,
mengalir di antara detik
yang tak pernah bisa digenggam.
Ia tak menyembuhkan luka,
namun mengajarkan kita
cara menyapa nyeri dengan tenang.

Cinta adalah puisi
tanpa titik
tersusun dari jeda dan helaan napas.
Ia hanya bisa dibaca oleh hati
yang berani diam,
dan dimengerti oleh jiwa
yang pernah hancur,
namun tak kehilangan kasih.

Dan jika cinta
tak pernah mengucapkan namanya,
ia tetap bisa dikenali
dari cara ia tinggal
tanpa syarat,
tanpa alasan,
dan tanpa akhir.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun