Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... GURU - PENCARI MAKNA

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Rasanya Membaca Buku di Tengah Keramaian Kota

7 Mei 2025   08:47 Diperbarui: 7 Mei 2025   08:47 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang membaca buku di dalam kereta, merayakan semangat Hardiknas di tengah hiruk pikuk kota. (Sumber: Pixbay)

"Di tengah bising kota, saya menemukan ketenangan lewat sebuah buku di kereta. Siapa sangka, itu jadi momen pendidikan paling sunyi tapi bermakna." 

Beberapa tahun yang lalu, saya memutuskan untuk menghabiskan masa libur dengan berkunjung ke kota.

Sebagai seorang guru dari daerah, momen seperti ini menjadi kesempatan langka untuk sekadar menyegarkan pikiran dari rutinitas sekolah yang kadang menguras energi dan emosi.

Tapi siapa sangka, justru di sela-sela perjalanan itulah saya mengalami momen reflektif yang tidak saya duga: membaca buku di kereta.

Hari itu, saya naik commuter line yang menghubungkan satu titik kota ke titik lainnya. Di dalam kereta, deretan wajah sibuk menunduk menatap layar gawai menjadi pemandangan yang tak asing. Entah itu membaca pesan, menonton video, atau sekadar menggulir layar tanpa arah.

Di tengah pemandangan itu, saya membuka buku yang saya bawa dari rumah. Buku yang sebenarnya sudah lama ingin saya tamatkan tapi selalu tertunda karena alasan klasik: sibuk.

Begitu membuka halaman pertama, kereta seolah menjadi ruang sunyi. Padahal tidak, suasananya tetap hiruk pikuk, pengamen datang silih berganti, suara pengumuman stasiun bersahut-sahutan, dan obrolan antarpenumpang pun tetap terdengar. Tapi buku itu membawa saya ke dimensi lain.

Rasanya seperti punya dunia kecil sendiri di tengah keramaian. Rasanya menyenangkan, sekaligus menyentuh sisi terdalam saya sebagai seorang pendidik: bahwa belajar bisa terjadi di mana saja.

Membaca Buku di Kereta dalam Semangat Hardiknas Click: Kebiasaan yang Mulai Langka

Saya jadi teringat masa dulu, ketika membaca buku di kendaraan umum adalah hal yang sangat biasa. Di kereta, di bus kota, bahkan di angkot selalu ada saja yang memegang buku dan tenggelam di dalamnya. Kini, pemandangan itu langka. Gawai telah mengambil alih peran buku sebagai "pengisi waktu."

Saat mengikuti Event Hardiknas Click di ClicKompasiana, saya merenungkan kembali makna pendidikan di luar ruang kelas. Membaca buku di kereta bukan hanya soal mengisi waktu, tapi juga bentuk sederhana dari pembelajaran yang berkesinambungan.

Ini bukan sekadar kegiatan iseng, tapi kebiasaan yang membentuk karakter: sabar, fokus, dan haus akan pengetahuan. Di tengah gemuruh kota, saya merasa seperti sedang mengikuti kuliah sunyi hanya saya dan buku, tapi penuh makna.

Event Click dan Refleksi Seorang Guru

Melalui event Click ini, saya tergerak untuk tidak hanya menjadi guru di ruang kelas, tetapi juga pembelajar di kehidupan nyata. Apa yang saya alami di kereta bukan hanya tentang saya dan buku, tapi tentang budaya yang perlahan memudar. Kebiasaan membaca secara fisik semakin jarang terlihat, apalagi di tempat umum.

Saya jadi berpikir, kalau anak-anak kita terbiasa melihat orang dewasa membaca buku di ruang publik, mungkin mereka juga akan menirunya. Tapi bagaimana jika satu-satunya hal yang mereka lihat adalah orang-orang yang asyik menatap layar?

Membaca buku di kereta mungkin tampak remeh, tetapi ada dimensi edukatif dan simbolik di dalamnya. Itu adalah pernyataan diam-diam bahwa ilmu tidak hanya bisa diraih melalui sistem formal. Ia bisa hadir dalam jeda, dalam perjalanan, dalam keheningan di antara bising kota. Ini adalah praktik harian yang membentuk visi kita tentang pendidikan.

Mungkin ini saatnya kita merebut kembali ruang-ruang kecil untuk membaca. Di kereta, di halte, di ruang tunggu dokter. Bukan untuk pamer atau romantisasi masa lalu, tapi untuk menghidupkan kembali semangat belajar yang sejati. Bukankah pendidikan sejatinya adalah proses seumur hidup?

Membaca sebagai Tindakan Pendidikan dalam Bingkai ClicKompasiana

Membaca di kereta mungkin terdengar sepele, tapi bagi saya itu adalah bentuk kecil dari revolusi pendidikan. Kita tidak perlu selalu bicara kurikulum, teknologi, atau kebijakan besar. Terkadang, perubahan bermula dari satu kebiasaan sederhana yang konsisten: membaca.

Sebagai bagian dari refleksi dalam rangka Event Hardiknas Click ini, saya ingin mengajak siapa pun yang membaca tulisan ini untuk kembali merawat kebiasaan membaca di mana saja, kapan saja. Bawa buku ke mana pun pergi. Sisihkan lima atau sepuluh menit dalam perjalanan. Percayalah, itu cukup untuk menumbuhkan cinta pada ilmu.

Karena membaca buku di kereta bukan hanya tentang isi bukunya, tapi tentang memberi ruang pada diri sendiri untuk belajar di tengah keramaian. Dan siapa tahu, mungkin seseorang melihatmu dan terinspirasi melakukan hal yang sama.

Mari rayakan Hardiknas tidak hanya dengan upacara atau pidato, tapi dengan tindakan nyata dengan membawa buku ke dalam kereta, dan menyelami makna pendidikan lewat setiap halaman yang kita baca.

Selamat Hari Pendidikan Nasional. Selamat membaca, di mana pun kamu berada. Jadikan setiap bacaanmu sebagai kontribusi nyata untuk perubahan melalui Event Click, melalui ruang-ruang sunyi, dan melalui ClicKompasiana.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun