Banyak orang mengatakan, "latihan membuat sempurna." Namun, bagi saya, latihan membuat kemajuan adalah ungkapan yang lebih realistis dan menenangkan.
Saya mulai meluangkan waktu sekitar 5--10 menit setiap hari untuk menulis bebas. Apa saja. Tidak harus nyambung, tidak harus masuk akal. Ini bukan tentang membuat karya, tetapi tentang melatih keberanian untuk jujur pada diri sendiri.
Saya juga mencoba beberapa cara lain:
- Berbicara di depan cermin meskipun terasa aneh di awal
- Merekam suara saya saat menceritakan hari saya
- Mengirim pesan ke teman dekat yang saya percaya, tanpa khawatir dihakimi
Lama-kelamaan, saya mulai lebih nyaman mendengar suara saya sendiri baik yang diucapkan maupun yang dituliskan.
Langkah 4: Cari Lingkungan yang Aman dan Mendukung
Lingkungan sangat berperan penting. Saya belajar bahwa saya tidak harus kuat sendirian.
Saya mulai mencari ruang-ruang yang terasa aman, tempat di mana saya bisa berbicara tanpa harus takut dipotong, dikoreksi, atau dihakimi. Misalnya, bergabung dalam komunitas menulis, mengikuti forum diskusi santai, atau sekadar berbagi dengan orang-orang yang bersedia mendengar dengan tulus.
Ruang seperti ini membantu saya merasa lebih tenang, dan sering kali menjadi cermin yang memperjelas siapa saya sebenarnya.
Langkah 5: Belajar untuk Tidak Takut Salah
Ini mungkin tantangan terbesar saya: takut salah. Takut jika cara saya menyampaikan tidak tepat. Takut jika pikiran saya tidak bisa diterima. Namun, saya pelan-pelan mulai memahami bahwa menyampaikan isi pikiran bukanlah soal benar atau salah. Ini soal keberanian untuk jujur dan terbuka meskipun tidak semua orang akan setuju.
Toh, saya juga akan terus bertumbuh. Isi pikiran saya pun akan terus berkembang. Jadi, tidak masalah jika hari ini saya belum bisa menyampaikan dengan sempurna. Besok saya bisa memperbaikinya. Tapi itu hanya mungkin terjadi jika saya berani memulainya hari ini.
Suara dalam Dirimu Itu Penting
Setelah melalui berbagai hal yang saya uraikan tadi, saya sampai pada satu kesimpulan: kemampuan untuk mengungkapkan isi pikiran bukanlah bakat, melainkan kebiasaan yang dapat dibentuk. Dan seperti kebiasaan lainnya, ia tumbuh melalui proses perlahan, jujur, dan penuh pemahaman terhadap diri sendiri.
Saya menyadari, setiap orang pasti pernah berada dalam kondisi di mana kata-kata terasa menghilang. Ingin berbicara, tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Ingin menulis, tapi tangan tak kunjung bergerak. Pikiran dan perasaan seolah menumpuk, namun tak satu pun menemukan jalan keluarnya.