Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Uni Soviet Runtuh?

2 September 2022   11:21 Diperbarui: 2 September 2022   11:22 2476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Uni Soviet ketika diturunkan dari Kremlin dan digantikan bendera Russia pada 25 Desember 1991 | Sumber Gambar: spiegel.de

Jika kita mendengar kata "Uni Soviet" mungkin kita akan selalu mengingat akan salah satu negara adidaya yang pernah ada di muka bumi ini dan akan selalu identintik dengan masa "Cold War" atau Perang Dingin, di mana ketika itu terdapat dua negara adidaya di dunia ini yang saling bersaing satu sama lain untuk memperluas pengaruhnya, yakni? Amerika Serikat dan Uni Soviet. Era Perang dingin tersebut berlangsung selama 44 tahun dari tahun 1947 hingga tahun 1991. Sedangkan Negara Uni Soviet dibentuk dan berdiri pada 30 Desember tahun 1922, atau 5 tahun setelah berlangsungnya Revolusi kaum Komunis Bolsheviks yang menggulingkan keluarga kekaisaran Tsar Rusia dari tampuk kekuasaannya. Lima tahun kemudian, dibentuklah Negara Komunis Uni Soviet oleh para kaum komunis Bolsheviks.

Seiring berjalan waktu, kejayaan Uni Soviet pun semakin menjadi kuat dan besar, terutama setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua di mana Uni Soviet berhasil memukul telak pasukan Nazi Jerman dari belahan bumi Eropa Timur hingga berhasil menduduki Ibu Kota Nazi Jerman pada waktu itu Berlin dan merontokkan kekuatan Nazi Jerman. Sebegitu kuat dan Berjayanya Uni Soviet pula-lah yang membuat Amerika Serikat juga khawatir jika kekuatan Uni Soviet sebagai negara Komunis dapat membuat pengaruh Komunisme menyebar ke seluruh penjuru dunia. Hal ini-lah yang menjadi salah satu pemicu "Cold War" atau Perang Dingin yang berlangsung selama 44 tahun dari tahun 1947 hingga 1991.

Lantas mengapa negara sekuat dan seberjaya Uni Soviet dapat runtuh? Apakah yang membuat Uni Soviet pada akhirnya runtuh?


Awal Mula Berdiri dan Kejayaan Uni Soviet

Ibukota Rusia Kota Moscow ketika berlangsungnya Revolusi Bolsheviks dan awal dari didirakannya Uni Soviet | Sumber Gambar: History.com 
Ibukota Rusia Kota Moscow ketika berlangsungnya Revolusi Bolsheviks dan awal dari didirakannya Uni Soviet | Sumber Gambar: History.com 


Pada awal tahun 1917 terjadi suatu revolusi besar yang mengubah haluan politik di Rusia. Revolusi tersebut di tenggarai oleh kaum sayap kiri radikal yang berideologikan komunisme yang menyebut diri mereka kaum Bolsheviks. Para kaum Bolsheviks yang dipimpin oleh Vladimir Lennin ini berhasil menggulingkan keluarga kekaisaran Tsar Romanov pada tanggal 2 Maret tahun 1917 setelah revolusi Februari tahun 1917, yang mana seluruh anggota keluarga kekaisaran Romanov dieksekusi mati setahun kemudian pada bulan July tahun 1918.

Pada Tanggal 7 November tahun 1917 setelah revolusi di bulan Oktober, di mana pemimpin Partai Bolshevik Vladimir Lenin melakukan revolusi sosialis secara massive dan mengubah haluan pemerintahan di Rusia menjadi Pemerintahan Komunis, "Russian Soviet Federative Socialist Republic" atau Republik Federasi Rusia Soviet Sosialis atau yang biasa disingkat "Russian SFSR" pun dibentuk. Pada tanggal 28 Desember tahun 1922, setelah konfrensi antara delegasi Russian SFSR dan beberapa negara sosialis yang baru dibentuk seperti Ukrainian SFSR, Transcaucasian SFSR dan Byelorussian SSR, perjanjian untuk membentuk "Union Soviet Socialist Republic" atau Republik Sosialis Uni Soviet atau yang biasa disingkat "U.S.S.R." pun disetujui dan U.S.S.R. atau Uni Soviet pun pada akhirnya secara resmi dibentuk pada tanggal 30 Desember tahun 1922.

Nama Soviet sendiri sebenarnya berasal dari nama suatu dewan organisasi politik yang terdiri dari para kaum sosialis yang mewakili para pekerja-pekerja kelas menengah kebawah.

Pemimpin Revolusi Bolsheviks dan juga pendiri dari Uni Soviet, Vladimir Lenin | Sumber Gambar:  thoughtco.com
Pemimpin Revolusi Bolsheviks dan juga pendiri dari Uni Soviet, Vladimir Lenin | Sumber Gambar:  thoughtco.com

Ketika baru berdiri, sang pemimpin dan pendiri Uni Soviet Vladimir Lennin menerapkan sistem perekonomian terpimpin yang mana semua aktivitas perekonomian berada di bawah kendali penuh politburo atau komite pemerintah pusat partai komunis yang membuat kebijakan-kebijakan utama. Namun karena Lenin melihat jika sistem perekonomian terpusat sepertinya tidak berjalan terlalu baik dan justru membuat perekonomian Soviet mengalami penurunan, Lenin pun berusaha mengganti sistem perekonomian Uni Soviet menjadi sistem perekonomian campuran dan tidak lagi sepenuhnya berada di bawah kendali politburo. Tetapi keputusan Lenin ini sepertinya tidak disambut baik oleh Joseph Stalin yang juga merupakan salah satu petinggi di Politburo dan disebut-sebut sebagai orang kedua yang paling berkuasa di Soviet setelah Lenin. Keputusan Lenin guna merubah sistem perekonomian Soviet dari terpusat menjadi campuran ini pula-lah yang menjadi awal dari keretakan hubungan antara Lenin dan Stalin.

Sayangnya kesehatan Lenin pun sepertinya juga kian menurun dan pada bulan Mei tahun 1922 atau 8 Bulan sebelum terbentuknya Uni Soviet, Lenin sudah terkena penyakit stroke untuk pertama kalinya dan disusul dengan serangan strokenya yang kedua pada bulan Desember tahun 1922 yang juga bertepatan dengan dibentuknya Uni Soviet. Pada Bulan Maret tahun 1923, Lenin mengalami serangan stroke untuk yang ketiga kalinya sehingga membuatnya semakin susah berbicara dan bergerak, hingga pada 21 Januari tahun 1924, Lenin mengalami koma dan meninggal pada hari itu pula. Setepeninggalnya Lenin, Joseph Stalin pun naik ke tampuk kekuasaan Uni Soviet dan menjadi Pemimpin Uni Soviet.


Soviet di bawah Kepemimpinan Joseph Stalin

Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet pasca meninggalnya Lenin. Stalin terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter | Sumber Gambar: Getty Images
Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet pasca meninggalnya Lenin. Stalin terkenal dengan gaya kepemimpinannya yang otoriter | Sumber Gambar: Getty Images

Di bawah kepemimpinan Stalin, Stalin kembali menerapkan sistem perekonomian terpusat dan merubahnya menjadi sistem ekonomi komando, di mana semua aktivitas perekonomian benar-benar berada di bawah kendali politburo partai komunis Uni Soviet. Alhasil sistem ini sepertinya tidak berjalan dengan baik sehingga menyebabkan kelaparan masal di beberapa penjuru Soviet. Salah satunya adalah "Soviet Famine 1930-1933" di mana diperkirakan sekitar 5 hingga 8 juta nyawa warga Soviet melayang akibat kelaparan masal.

Tidak hanya itu saja, Stalin juga meredam seluruh oposisinya dan menciptakan dinas polisi rahasia yang bertugas untuk menghambisi para rival politiknya dan merubah kekuasaannya menjadi kekuasaan otoriter total. Banyak warga Soviet yang diduga dianggap menentang Stalin dikirim ke kamp buruh "The Gulag" dan dihukum untuk melakukan kerja paksa yang menuntun kembali pada melayangnya jutaan nyawa warga Soviet.

Warga Soviet yang dikirim ke Kamp Kerja Paksa ketika Soviet berada di bawah kepemimpinan Stalin | Sumber Gambar: historyhit.com
Warga Soviet yang dikirim ke Kamp Kerja Paksa ketika Soviet berada di bawah kepemimpinan Stalin | Sumber Gambar: historyhit.com

Pada era Stalin pula-lah Perang Dunia Kedua pecah dan Uni Soviet melancarkan aksi peperangannya terhadap Nazi Jerman setelah penyerbuan Nazi Jerman terhadap Uni Soviet pada Operasi Barbarossa. Walaupun Soviet berhasil mengalahkan Nazi Jerman, tetapi diperkirakan jutaan nyawa baik warga maupun prajurit Soviet melayang akibat dari Perang Dunia Kedua ini. Setelah Perang Dunia kedua dan dimulainya Perang Dingin dengan Amerika Serikat, Uni Soviet dapat dikatakan mulai maju dari segi sains dan teknologi terutama di bidang persenjataan guna menyaingi Amerika Serikat. Pada 29 Agustus tahun 1949, Soviet berhasil meledakan bom atom berkekuatan Nuklir pertama mereka.

Stalin meninggal pada tanggal 5 Maret tahun 1953 dan digantikan oleh Nikita Khrushchev. Ketika menjabat sebagai Pemimpin Soviet, Khrushchev memulai program yang disebut "De-Stalinization" dan merubah seluruh kebijakan-kebijakan Stalin yang dinilai terlalu otoriter. Tetapi Soviet masih berfokus pada persaingannya dengan Amerika Serikat seperti mengemnbangkan alutista guna menyaingi alutista Amerika Serikat dan juga lomba dalam perjalanan ke luar angkasa.


Soviet Paca Kepemimpinan Stalin

Nikita Khrushchev yang menggantikan Stalin sebagai pemimpin Uni Soviet dan melakukan kebijakan de-stalinisasi | Sumber Gambar: UPI.com
Nikita Khrushchev yang menggantikan Stalin sebagai pemimpin Uni Soviet dan melakukan kebijakan de-stalinisasi | Sumber Gambar: UPI.com

Sepeninggalnya Stalin pada tahun 1953 dan naiknya Khruschev ke kursi kekuasaan kepemimpinan Uni Soviet, memang menjadi salah satu momen krusial dalam sejarah Uni Soviet. Karena ketika Khruschev berkuasa, ia berusaha untuk merubah image dan reputasi Stalin yang dilihat terlalu kejam, dengan image Khruschev sendiri yang dianggap sebagai penyelamat Soviet dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh Stalin. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan Khruschev yang disebut sebagai "Khruschev Thaw" atau "De-Stalinization," di mana kebijakan-kebijakan di era Stalin yang dinilai terlalu berlebihan seperti penindasan dan sensor media mulai diringankan. Jutaan tahanan politik yang dipejarankan oleh Stalin di kamp konsenterasi kerja paksa yang sangat terkenal yaitu "The Gulag" pun juga dibebaskan di era Khruschev. Khruschev juga berusaha mengambil langkah pendekatan yang lebih lunak terhadap negara-negara yang dianggap sebagai musuh Soviet, terutama negara-negara barat seperti Amerika Serikat.

Namun sayangnya pendekatan "Khruschev Thaw" ini tidak disambut terlalu baik terutama oleh petinggi-petinggi politbiro Uni Soviet. Kebijakan "Khruschev Thaw" ini justru membuat Khruschev terlihat terlalu lemah dan tidak setangguh Stalin, terutama ketika menghadapi musuh-musuh Uni Soviet. Hal ini dapat dilihat ketika terjadinya Krisis Missile Kuba pada Okteber tahun 1962, di mana banyak pejabat-pejabat politbiro Uni Soviet terutama petinggi-petinggi Militer yang menyayangkan keputusan Khruschev untuk menerima tawaran Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy guna mengakhiri Krisis tersebut, di mana Khruschev setuju untuk menarik missile-missile SS-4 Sandal Soviet dari Kuba, sedangkan Kennedy juga akan menarik missile-missile Jupiter Amerika Serikat dari Turkey namun dengan dalih bahwa missile-missile tersebut memang sudah dijadwalkan akan ditarik kembali dari Turkey enam bulan pasca penarikan missile Soviet dari Kuba.

Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev bersama Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy | Sumber Gambar:  History.com
Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev bersama Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy | Sumber Gambar:  History.com

Kennedy juga menuntut agar pihak Soviet tidak menyebutkan apapun kepada media perihal penarikan Missile Jupiter Amerika dari Turkey, agar tidak terlihat seperti imbal balik dari ditariknya Missile Soviet dari Kuba dan akan menyangkal jika ada pihak Soviet yang menyebutkan penarikan Missile Jupiter dari Turkey kepada media. Lantas Khruschev pun setuju dengan tawaran Kennedy tersebut dan membuatnya terlihat seakan tunduk oleh tuntutan Amerika Serikat, walaupun memang krisis yang lebih besar yang dapat menuntun pada Perang Dunia pada akhirnya terhindar.

Tidak hanya di dalam negeri Uni Soviet saja, di-luar negeri seperti di negara-negara sekutu Uni Soviet pun banyak juga yang meragukan kemampuan Khruschev dalam memimpin Uni Soviet. Salah satu negara yang meragukan kepemimpinan Khruschev adalah Republik Rakyat China (R.R.C.) di bawah pimpinan Mao Zedong yang merupakan sekutu terdekat Uni Soviet ketika era Stalin. Hubungan Soviet dan R.R.C. pun merenggang di bawah kepemimpinan Khruschev.

Pemimpin Uni Soviet pengganti Khrushchev, Leonid Brezhnev bersama Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter | Sumber Gambar: Getty Images
Pemimpin Uni Soviet pengganti Khrushchev, Leonid Brezhnev bersama Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter | Sumber Gambar: Getty Images

Maka dari itu pada tahun 1964 beberapa elite Politbiro Uni Soviet yang dipimpin oleh Leonid Brezhnev pun melakukan suatu upaya guna menyingkirkan Khruschev dari kursi kekuasaannya sebagai Pemimpin Uni Soviet. Upaya tersebut walaupun tidak berjalan mulus namun mendapat banyak dukungan dari beberapa petinggi Politbiro Uni Soviet yang mulai berpaling dari Khurschev. Khruschev yang mana posisinya sebagai pemimpin Uni Soviet sudah semakin terhempit, pada akhirnya pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin Uni Soviet pada 14 Oktober tahun 1964 dan digantikan oleh Leonid Brezhnev sebagai pemimpin baru Uni Soviet.

Di bawah kepemimpinan Brezhnev Soviet dapat dikatakan menjadi lebih baik dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran, karena Brezhnev sendiri mengambil langkah yang lebih tegas dibandingkan Khruschev namun tidak sekeras Stalin. Brezhnev juga setuju untuk memulai perundingan guna mengharmoniskan kembali hubungan dengan Amerika Serikat dalam suatu kebijakan yang disebut sebagai "Dtente" atau relaksasi dari suatu hubungan yang merenggang. Tidak heran jika Brezhnev mampu mempertahankan kekuasaannya sebagai pemimpin Uni Soviet dalam kurun waktu yang cukup lama.

Kehidupan di Uni Soviet pada tahun 1970an | Sumber Gambar: commons.wikimedia.org
Kehidupan di Uni Soviet pada tahun 1970an | Sumber Gambar: commons.wikimedia.org

Tetapi sayangnya, pertumbuhan perekonomian tidak di-imbangi dengan program-program lain yang mampu menyokong pertumbuhan perekonomian dan juga kesejahteraan rakyat Uni Soviet. Gap antara rakyat kaya dan miskin masih sangat terasa di Uni Soviet, terlebih lagi pemerintahan Brezhnev juga mencanangkan kebijakan "gerontocracy" yang memberi mandat hanya kepada orang-orang dan kelompok tertentu untuk menduduki posisi-posisi penting atau yang kelak akan dikenal sebagai "Oligarchy". Tidak hanya itu saja, praktik korupsi di tubuh pejabat-pejabat masih sering terjadi sehingga seakan menjadi hal yang lumrah dan ironisnya pemerintahan Brezhnev juga tidak mengambil langkah apapun guna memberantas korupsi di tubuh pejabat-pejabat Politbiro Uni Soviet.

Sedangkan walaupun Brezhnev sudah setuju untuk memulai pembicaraan guna mereda-kan hubungan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat dalam kebijakan "Dtente," sayangnya pemerintahan Brezhnev masih mempusatkan pembangunan pada pembangunan kekuatan militer dan alutista Uni Soviet. Soviet ketika itu memang berhasil membangun arsenal persenjataan yang lebih kuat dibanding Amerika Serikat, seperti Bom Nuklir "Tsar" yang mana hingga kini tercatat sebagai Bom Nuklir dengan daya ledak terbesar di dunia dan juga Kapal Selam Nuklir terbesar di dunia yaitu Kapal Selam Kelas "Typhoon" tetapi itu semua tidak memberi dampak apapun kepada perekonomian Uni Soviet, hanya prestisme akan kekuatan militer saja yang didapatkan oleh Uni Soviet. Lain halnya dengan Amerika Serikat yang walaupun juga memfokuskan pada pembangunan alutista dan kekuatan Militer, tetapi juga turut diimbangi dengan pembangunan guna pertumbuhan ekonomi.

Jika Soviet membangun senjata-senjata militer mutakhir yang hanya dapat digunakan oleh pihak militer, Amerika Serikat walaupun juga turut membangun senjata-senjata militernya agar tidak tersaingi oleh Uni Soviet, tetapi juga mengimbanginya dengan mengembangkan sesuatu yang lebih berguna untuk masyarakat dan khalayak banyak, seperti memajukan industri perfilman, membangun industri pangan seperti Fast Food yang banyak digemari dan terlebih memajukan industri keuangan yang dapat menyokong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Hal inilah yang sepertinya menjadi salah satu pemicu yang akan membawa Uni Soviet pada keruntuhannya.

Pasukan Uni Soviet di Afghanistna, ketika Soviet melancarkan serangan terhadap Afghanistan pada tahun 1979 | Sumber Gambar: meduza.io
Pasukan Uni Soviet di Afghanistna, ketika Soviet melancarkan serangan terhadap Afghanistan pada tahun 1979 | Sumber Gambar: meduza.io

Langkah Soviet untuk menginvasi Afghanistan pada tahun 1979 juga dinilai tidak-lah tepat, dikarenakan masih banyak anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perekonomian, tetapi anggaran-anggaran besar justru kembali digelontorkan untuk peperangan. Sedangkan di Afghanistan sendiri pasukan Uni Soviet justru mendapatkan pukulan telak dari para pemberontak Afghanistan yang berakibat pada tingginya angka pasukan Soviet yang tewas di Afghanistan.

Sedangkan Rakyat Uni Soviet juga masih belum mendapatkan hak dan kebebasan mereka untuk mengutarakan pendapat dan bereksperesi karena masih kuatnya pengawasan terhadap media-media dan sarana untuk mengutarakan pendapat dan berekspresi. Namun di lain sisi banyak dari mereka yang menginginkan agar dapat mengekspersikan pendapat mereka secara terang-terangan akan rapuhnya sistem Pemerintahan di Uni Soviet dan juga kesenjangan sosial dan ekonomi di Uni Soviet yang masih mendominasi dan hanya berpihak pada pihak-pihak tertentu. Sarana-sarana media seperti berita dan yang lain-lain masih berada dalam pengawasan elite Politbiro Uni Soviet dan tidak diperkenankan memberitakan sesuatu yang terlihat tidak baik dan akan berdampak buruk pada pemerintahan Uni Soviet.

Yuri Andropov Pengganti Brezhnev sebagai Pemimpin Uni Soviet. Andropov sebelumnya merupakan ketua Badan Intelijen K.G.B. | Sumber Gambar: History.com
Yuri Andropov Pengganti Brezhnev sebagai Pemimpin Uni Soviet. Andropov sebelumnya merupakan ketua Badan Intelijen K.G.B. | Sumber Gambar: History.com

Kepemimpinan Leonid Brezhnev di Uni Soviet berakhir pada 10 November tahun 1982, setelah meninggalnya Leonid Brezhnev akibat serangan jantung. Pasca meninggalnya Leonid Brezhnev, Yuri Andropov yang merupakan mantan ketua Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti atau yang biasa dikenal sebagai K.G.B. yang merupakan Badan Intelijen Uni Soviet pun naik ke tampuk kekuasaan sebagai pemimpin Uni Soviet. Tetapi sayangnya kekuasaan Andropov sebagai pemimpin Uni Soviet juga tidak berlangsung lama dan hanya bertahan dua tahun karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya.  Pada bulan Januari tahun 1984 kesehatan Andropov pun merosot dan sebulan kemudian pada tanggal 9 Februari tahun 1984, Yuri Andropov pun menghembuskan nafas yang terakhir kalinya akibat penyakit ginjalnya yang kian parah.

Konstantin Chernenko yang menggantikan Andropov sebagai pemimpin Uni Soviet, namun hanya setahun memimpin Soviet | Sumber Gambar: imago-images.de
Konstantin Chernenko yang menggantikan Andropov sebagai pemimpin Uni Soviet, namun hanya setahun memimpin Soviet | Sumber Gambar: imago-images.de

Sepeninggalnya Andropov, Konstantin Chernenko pun naik ke tampuk kekuasaan Uni Soviet. Tetapi sayangnya masa kepemimpinan Chernenko sangatlah singkat dan hanya berlangsung setahun saja, karena pada tanggal 10 Maret tahun 1985 atau setahun setengah setelah Chernenko duduk di kursi kepemimpinan Uni Soviet, Konstantin Chernenko yang notabene adalah perokok berat, meninggal dunia akibat penyakit gagal jantung dan kerusakan paru-paru akibat dari kebiasaan merokok Chernenko yang sangat berat. Kedudukan Chernenko sebagai pemimpin Uni Soviet pun digantikan oleh Mikhail Gorbachev yang merupakan mantan Sekretaris Sentral Pusat dari Politbiro Uni Soviet. Gorbachev pula-lah yang kelak akan membawa perubahaan dan pembaharuan pada Uni Soviet yang mana justru banyak yang menganggap perubahaan dan pembaharuan yang di bawa oleh Gorbachev sebagai penyebab utama runtuhnya Uni Soviet.


Mikhail Gorbachev dan Kebijakan Glasnost dan Perestroika

Mikhail Gorbachev yang naik sebagai pemimpin Uni Soviet pasca meninggalnya Chernenko pada 10 Maret tahun 1985 | Sumber Gambar: Getty Images 
Mikhail Gorbachev yang naik sebagai pemimpin Uni Soviet pasca meninggalnya Chernenko pada 10 Maret tahun 1985 | Sumber Gambar: Getty Images 

Pasca meninggalnya Konstantin Chernenko pada 10 Maret tahun 1985, Mikhail Gorbachev pun diangkat sebagai pemimpin baru Uni Soviet. Uniknya Gorbachev juga merupakan pemimpin Soviet pertama yang memang benar-benar terlahir di Uni Soviet, yakni? Pada 2 Maret tahun 1931 di wilayah Privolnoye, Stavropol Krai yang sudah menjadi bagian dari Uni Soviet. Tidak seperti kebanyakan pendahulunya yang terlahir ketika masih pada eranya Kekaisaran Rusia.

Ketika naik ke kursi kepemimpinan Uni Soviet, Gorbachev merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada kepemimpinan dan pemerintahan di Uni Soviet yang sebenarnya sangatlah berdampak pada masyarakat luas Uni Soviet, bahkan hingga perekonomian Uni Soviet sekalipun. Gorbachev merasa bahwa semua yang berjalan di Soviet, baik media, roda perekonomian bahkan kehidupan masyarakat pun seperti terlalu di atur oleh pemerintah pusat Uni Soviet. Gorbachev juga merasa bahwa pengaturan dan pengawasan di Uni Soviet juga sepertinya sudah terlalu berlebihan, sehingga menyebabkan masyarakat di Uni Soviet tidak memiliki hak dan kebebasan untuk bereksperesi dan mengutarakan pendapat mereka, terlebih mengutarakan pendapat akan sisi negatif dari sistem pemerintahan Uni Soviet.

Perangko Surat yang menggambarkan kebijakan Gorbachev yang dikenal sebagai
Perangko Surat yang menggambarkan kebijakan Gorbachev yang dikenal sebagai "Glasnost dan Perestroika: | Sumber Gambar: hipstamp.com

Maka dari itu-lah Gorbachev memberlakukan suatu kebijakan baru. Kebijakan ini bernama "Glasnost dan Perestroika." Glasnost memiliki arti keterbukaan dan transparansi, sedangkan Perestroika memiliki arti restrukturisasi. Dengan menerapkan kebijakan Glasnost ini maka era keterbukaan dan transparansi akan dimulai di Uni Soviet, di mana dulu pengawasan dan pengaturan terutama di media, berita dan sarana informasi banyak diberlakukan dan tidak diperbolehkan memberitakan hal-hal yang berbau negatif, sekarang media, berita dan sarana informasi di Uni Soviet mulai terbuka. Sedangkan dengan menerapkan kebijakan Perestroika maka resturkturisasi terutama di bidang perekonomian di Uni Soviet pun dimulai, di mana dulu semua-semua selalu berada di bawah wewenang pusat di Moscow, maka sekarang beberapa daerah mulai memiliki otonomi atas wilayahnya masing-masing.

Namun sayangnya, banyak menilai bahwa kebijakan "Glasnost dan Perestroika" ini sebenarnya justru malah membawa Uni Soviet pada kejatuhan. Mengapa begitu? Karena dengan diberlakukannya kebijakan "Glasnost dan Perestroika" terutama Glasnost, pada akhirnya sisi buruk Uni Soviet banyak dilihat tidak hanya oleh masyarakat di Soviet sendiri, namun hampir oleh seluruh dunia internasional dapat melihat bagaimana rapuhnya sistem pemerintahan komunisme di Uni Soviet.

Reaktor Nuklir Chernobyl di Ukraine pasca insiden bocornya salah reaktor pada 26 April 1986 | Sumber Gambar: livescience.com
Reaktor Nuklir Chernobyl di Ukraine pasca insiden bocornya salah reaktor pada 26 April 1986 | Sumber Gambar: livescience.com

Salah satu contohnya adalah ketika insiden di reaktor Nuklir Chernobyl di Ukraine yang terjadi pada 26 April tahun 1986. Akibat kebocoran di reaktor Nuklir Chernobyl yang menyebabkan menyebarnya radiasi Nuklir di udara di sekitar wilayah Chernobyl, sehingga seisi kota Pripyat yang berlokasi sangat dekat dengan Chernobyl harus dievakuasi akibat semakin parahnya radiasi nuklir di sekitar Chernobyl dan kota Pripyat. Namun tidak seperti insiden-insiden terdahulu, seperti insiden bocornya reaktor nuklir di Kapal Selam Uni Soviet K-19 pada tahun 1961 yang ditutup-tutupi dan baru dibuka kebenaraannya 30 tahun pasca kejadian, pemerintah Soviet di bawah kebijakan "Glasnost dan Perestroika" Gorbachev justru memberitakan semua kebenaran akan insiden di reaktor nuklir Chernobyl ini. Alih-alih mendapat apresiasi karena memberitakan kebenaran yang sesungguhnya akan insiden ini, wajah asli pemerintah Soviet yang selama ini ditutup-tutupi justru semakin terlihat dan dinilai lalai sehingga menyebabkan terjadinya insiden Chernobyl ini dan dampak dari insiden ini yang sangat merusak kesehatan masyarakt di Kota Pripyat.

Akibat Insiden di reaktor Nukli Chernobyl pula-lah, mengapa Ukraine pada akhirnya memutuskan untuk memisahkan diri dari negara kesatuan Soviet Socialist Republic. Insiden di reaktor Nuklir Chernobyl telah membuat meredupnya kepercayaan rakyat Ukraine terhadap pemimpin pusat Moscow dalam penanganan insiden ini. Bahkan mereka menganggap bahwa jika bukan karena kelalaian pemerintah pusat Moscow, pastinya insiden di reaktor Nuklir Chernobyl ini dapat terhindar.

Antrian warga Soviet di Swalayan untuk bahan pangan, ketika terjadi kelangkaan bahan pangan | Sumber Gambar: alphahistory.com
Antrian warga Soviet di Swalayan untuk bahan pangan, ketika terjadi kelangkaan bahan pangan | Sumber Gambar: alphahistory.com

Tidak hanya itu saja, program Perestroika atau restrukturisasi terutama di bidang ekonomi rupanya juga tidak begitu berjalan dengan lancar. Karena setelah sekian lama ditutup-tutupi, pada akhirnya terlihat pula bahwa perekonomian Soviet sangatlah rapuh. Hal itu disebabkan karena banyaknya tingkat pengeluaran anggaran yang lebih dialokasikan untuk sektor pertahanan dan alutista, seperti yang disebutkan di atas di mana anggaran untuk membangun senjata-senjata yang terlihat sangat besar di mata dunia ternyata justru menyedot anggaran yang sangat besar pula. Terlebih lagi jika dilihat-lihat anggaran besar-besaran yang banyak dialokasikan di sektor pertahanan dan alutista tersebut, sebenarnya sangatlah bermanfaat dan lebih berguna untuk pembangunan ekonomi jika dialokasikan untuk sektor perekonomian.

Alhasil kebijakan "Glasnost dan Perestroika" yang tadinya diupayakan untuk membawa perubahan tetapi justru seakan malah membuka tabir akan bagaimana rapuhnya Uni Soviet. Tidak heran pula banyak yang mengatakan jika kebijakan "Glasnost dan Perestroika" ini pula-lah yang menuntun Uni Soviet pada kehancurannya.


Gejolak di Negara-Negara Eropa Timur

Ketua Serikat Buruh Polandia Lech Wasa ketika memimpin aksi menentang kebijakan pemerintah Komunis Polandia | Sumber Gambar: History.com
Ketua Serikat Buruh Polandia Lech Wasa ketika memimpin aksi menentang kebijakan pemerintah Komunis Polandia | Sumber Gambar: History.com
Pada awal dekade 1980an juga banyak diwarnai oleh gejolak politik di beberapa negara Eropa Timur yang selama ini kebanyakan dari negara-negara tersebut merupakan sekutu terdekat Uni Soviet. Salah satunya seperti yang terjadi di Polandia di mana serikat buruh melakukan demonstrasi menentang kepemimpinan Wojciech Jaruzelski yang merupakan sekutu terdekat Soviet dan dinilai sangat otoriter dan menuntun pada lengsernya pemerintahan Jaruzelski dan naiknya Lech Wasa sebagai Presiden Polandia dan menjadia Presiden Polandia pertama yang terpilih dalam pemilu demokratis yang untuk pertama kalinya diadakan di Polandia. Rupanya revolusi di Polandia ini sepertinya menginspirasi negara-negara Eropa Timur lainnya yang masih berada di bawah dominasi kepemimpinan Komunisme untuk turut bergejolak melawan pemerintahan Komunisme yang bersekutu dengan Uni Soviet. Ditambah lagi dengan kebijakan "Glasnost" yang mulai memberitakan permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi secara transparan dan terbuka.

Alhasil gelombang revolusi menentang kepemimpinan rezim komunisme pun terjadi di hampir seluruh belahan negara-negara Eropa Timur, puncaknya terjadi pada tahun 1989 yang mana disebut sebagai tahun "Fall of Communism" atau runtuhnya rezim Komunisme secara global. Satu demi satu pemimpin komunis di negara-negara Eropa Timur yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Jnos Kdr di Hungary dan Nicolae Ceauescu di Romania pun lengser dari kursi kepemimpinannya.

Warga Kota Berlin Jerman, bersorak-sorai di atas Tembok berlin ketika hendak dirubuhkan | Sumber Gambar: History.com
Warga Kota Berlin Jerman, bersorak-sorai di atas Tembok berlin ketika hendak dirubuhkan | Sumber Gambar: History.com

Runtuhnya rezim-rezim komunis di belahan Eropa Timur juga ditandai dengan bersatunya Jerman yang setelah selama hampir 40 tahun dipecah menjadi dua negara, yakni? Jerman Barat dan Jerman Timur dan pada tahun 1989 pula-lah tembok Berlin yang selama ini dianggap sebagai simbol pemisah antara Jerman Barat dan Jerman Timur pun dirobohkan.

Tidak hanya di tembok Berlin saja, "Iron Curtain" atau "Tirai Besi" yang menjadi pembatas antara Eropa Timur dan Eropa Barat pun juga turut dirobohkan. Perbatasan-perbatasan antara negara-negara Eropa Timur yang merupakan negara sekutu dan juga negara sattelite Uni Soviet pada akhirnya dirobohkan juga, hal ini dimulai dengan dibukanya perbatasan antara Hungaria dan Austria.


Runtuhnya Uni Soviet

Gelombang protes masa di Uni Soviet yang menuntut dibubarkannya Partai Komunis Uni Soviet dan juga Politbironya | Sumber Gambar: rferl.org
Gelombang protes masa di Uni Soviet yang menuntut dibubarkannya Partai Komunis Uni Soviet dan juga Politbironya | Sumber Gambar: rferl.org

Melihat gelombang perubahan dan revolusi untuk menjatuhkan rezim-rezim komunis di negara-negara Eropa Timur, karena ketidakpuasan rakyatnya terhadap rezim komunisme yang terlalu otoriter, yang seakan-akan semakin tidak bisa terbendung lantas Uni Soviet pun juga sepertinya berada diambang kehancuran. Selama bertahun-tahun pembangunan militer dan alutista Uni Soviet yang secara berlebihan dan system perekonomian komando pemerintahan Uni Soviet rupanya menyebabkan pembangunan perekonomian Uni Soviet untuk jangka panjang menjadi tersendat. Ditambah lagi dengan setelah diberlakukannya "Glasnost" yang mana justru makin memperlihatkan betapa rapuhnya pemerintahan dan ekonomi Uni Soviet. Terutama setelah insiden di reaktor Nuklir Chernobyl yang dianggap sebagai bukti nyata kelalaian pemerintah Uni Soviet sehingga menyebabkan terjadinya insiden tersebut.

Negara-negara yang tergabung dalam kesatuan Uni Soviet pun pada akhirnya turut ikut bergejolak hingga satu demi satu memutuskan untuk menyatakan kemerdekaannya dan memisahkan diri dari kesatuan Uni Soviet, dimulai dengan Estonian Soviet Socialist Republic yang menyatakan kemerdekaannya dari kesatuan Uni Soviet 8 Mei tahun 1990 dan diikuti dengan negara-negara yang dulunya tergabung dalam Soviet Socialist Republic yang lainnya seperti Ukraine, Azerbaijan, Georgia, Moldavia yang sama-sama menyatakan kemerdekaannya dari kesatuan Uni Soviet. Politik dan stabilitas di Uni Soviet pun menjadi semakin kacau, terlebih lagi banyak pihak yang sepertinya pada akhirnya mulai menentang Gorbachev dan kebijakan-kebijakannya yang dinilai telah melemahkan Uni Soviet. Upaya Gorbachev untuk memulihkan perekonomian pun rupanya juga tidak berjalan mulus, terutama langkah Gorbachev yang memilih untuk melakukan pendekatan dengan negara-negara barat, yang selama ini dianggap sebagai musuh Uni Soviet, untuk memulihkan perekonomian dan membuka perdaganangan internasional Uni Soviet, justru banyak ditentang terutama oleh petinggi-petinggi politbiro Uni Soviet.

Sorak Sorai Warga Ukraine pasca Pemerintah Ukraine menyatakan kemerdekaannya dan memisahkan diri dari Uni Soviet | Sumber Gambar: kyivindependent.com
Sorak Sorai Warga Ukraine pasca Pemerintah Ukraine menyatakan kemerdekaannya dan memisahkan diri dari Uni Soviet | Sumber Gambar: kyivindependent.com

Pada tahun 1990 Gorbachev mengambil langkah untuk Soviet menjadi lebih demokrasi, yaitu dengan mengadakan pemilihan Presiden untuk pertama kalinya. Namun sayangnya dalam pemilihan tersebut hanya Gorbachev lah satu-satunya kandidat tunggal dan Gorbachev pun terpilih sebagai Presiden Uni Soviet pada tahun 1990. Tetapi sayangnya kubu yang tidak suka dengan Gorbachev dan kebijakan-kebijakannya pun sepertinya semakin banyak dan mereka merasa semakin tidak puas dengan Uni Soviet di bawah pemerintahan Gorbachev. Banyak yang menilai jika semakin ke depan, Uni Soviet sepertinya semakin lemah terutama setelah merdekanya negara-negara yang tergabung di bawah Soviet Socialist Republic. Hal ini dianggap terjadi karena kebijakan-kebijakan "Glasnost dan Perestroika" Gorbachev yang tidak lagi membuat semua-semua di Uni Soviet harus terpusat oleh Moscow dan memberi tiap daerah kebebasan dan otonomi masing-masing yang pada akhirnya justru banyak yang menganggap sebagai penyebab lepasnya negara-negara yang tergabung di bawah Soviet Socialist Republic.

Tidak hanya itu saja, ketidakpuasaan para petinggi-petinggi pemerintahan Moscow dan petinggi-petinggi politbiro Uni Soviet sebenarnya sudah mulai terlihat dari sejak awal Gorbachev naik sebagai pemimpin Uni Soviet. Hal itu dikarenakan karena berseberangannya pandangan-pandangan para petinggi-petinggi politbiro Uni Soviet yang cenderung masih sangat radikal dengan pandangan Gorbachev yang lebih terbuka dan setuju untuk melakukan pembicaraan terbuka untuk perdamaiian dengan Amerika Serikat yang selama era Perang Dingin dianggap sebagai musuh mutlak Uni Soviet.

Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev bersama Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan | Sumber Gambar: reaganlibrary.gov
Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev bersama Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan | Sumber Gambar: reaganlibrary.gov

Memang sebelum Gorbachev naik ke kursi kepemimpinan Uni Soviet, hubungan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet justru kian memanas, walaupun sudah sempat membaik sebelumnya, namun ketika Ronald Reagan naik sebagai Presiden Amerika Serikat, Reagan justru mengambil langkah yang agak keras dalam menghadapi Uni Soviet. Hal ini dapat dilihat ketika insiden tertembak jatuhnya Pesawat Komersial Boeing 747 milik maskapai Korean Air, ketika tidak sengaja memasuki wilayah Uni Soviet. Tetapi sepeninggalnya Konstantin Chernenko dan naiknya Gorbachev ke kursi kepemimpinan Uni Soviet, hubungan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pun pada akhirnya kembali membaik, karena Gorbachev bersedia melakukan negosiasi perdamaiian dengan Amerika Serikat guna menghentikan Perang Dingin. Tetapi hal itu tidak begitu disambut dengan baik oleh para petinggi politbiro Uni Soviet.

Terlebih lagi Gorbachev sendiri setuju untuk melucuti persenjataan-persenjataan Uni Soviet terutama senjata-senjata Nuklir Uni Soviet guna membuka pintu perdamaiian dengan Amerika Serikat dan Negara-Negara Barat. Langkah ini-lah yang sangat bertentangan dengan para petinggi-petinggi politbiro di Uni Soviet dan dianggap sebagai langkah guna menggembosi kekuataan adidaya Uni Soviet.

Boris Yeltsin bersama warga Moscow ketika membarikade Gedung Pemerintahan Moscow dari para pelaku Kudeta | Sumber Gambar: History.com
Boris Yeltsin bersama warga Moscow ketika membarikade Gedung Pemerintahan Moscow dari para pelaku Kudeta | Sumber Gambar: History.com

Puncak dari ketidaksetabilan Politik di Uni Soviet pun terjadi pada Bulan Agustus tahun 1991, di mana ketika itu beberapa kelompok petinggi politbiro Uni Soviet berusaha untuk melancarkan upaya kudeta terhadap pemerintahan Gorbachev. Upaya kudeta ini sendiri ditenggarai tidak lain oleh Wakil Presiden Gorbachev sendiri yaitu Gennady Yanayev, Perdana Menteri Valentin Pavlov, Menteri Pertahanan Dmitry Yazov dan ketua Badan Intelijen K.G.B. Vladimir Kryuchkov. Mereka semua beserta beberapa petinggi senior politbiro lainnya membentuk "General Committee on the State Emergency" atau "Komite untuk penanganan Keadaan Darurat" guna mengatasi situasi di Uni Soviet yang semakin tidak stabil. Gorbachev yang pada saat itu sedang berlibur di Foros, Crimea pun ditetapkan sebagai tahanan rumah.

Namun upaya kudeta yang dilancarkan guna mengamankan Uni Soviet ini nampaknya tidak berjalan lancar dan banyak ditentang. Ribuan warga Moscow yang menolak upaya Kudeta ini pun berbondong-bondong menduduki Gedung Pemerintahan di Moscow guna mencegah para pelaku kudeta untuk mendudukinya. Salah satu yang turut ikut membarikade Gedung Pemerintahan di Moscow ini adalah Boris Yeltsin yang ketika itu menjabat sebagai anggota dewan perwakilan untuk wilayah Russia dan Yeltsin pun turut berpidato menolak keras upaya kudeta tersebut di atas tank yang membarikade Gedung Pemerintahan di Moscow ini guna menghalangi para pelaku Kudeta untuk mendudukinya. Upaya Kudeta pun berhasil digagalkan dan setelah tiga hari para pelaku Kudeta pun menyerah dan pada akhirnya ditahan, Gorbachev pun pada akhirnya naik kembali sebagai Presiden Uni Soviet.

Mikhail Gorbachev ketika mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Uni Soviet pada 25 Desember 1991 | Sumber Gambar: naragetarchive.com 
Mikhail Gorbachev ketika mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Uni Soviet pada 25 Desember 1991 | Sumber Gambar: naragetarchive.com 

Melihat keadaan menjadi semakin tidak stabil Gorbachev pun pada akhirnya memutuskan untuk melakukan perombakan pada tubuh pemerintahan Uni Soviet. Pada 17 Desember tahun 1991 Gorbachev bertemu dengan Yeltsin dan keduanya pun setuju untuk membubarkan Uni Soviet. Delapan hari kemudian, pada malam natal tahun 1991 atau pada tanggal 25 Desember tahun 1991, Mikhail Gorbachev pun mengumumkan pengunduran dirinya dari kursi Kepresidenan Uni Soviet.

Kedudukan Gorbachev sebagai Presiden digantikan oleh Boris Yeltsin dan pada hari berikutnya Parliament Uni Soviet pun memvoting untuk membubarkan Uni Soviet. Pada malam hari di hari yang sama Gorbachev mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Presiden Uni Soviet, Bendera Uni Soviet yang selama 60 tahun lebih di era kejayaan Uni Soviet berkibar megah di atas Istana Grand Kremlin pun turut diturunkan dari Istana Grand Kremlin untuk yang terakhir kalinya dan digantikan oleh bendera Federasi Rusia. Uni Soviet yang telah berdiri selama 69 tahun sejak tahun 1922 pun pada akhirnya resmi dibubarkan.


Mengapa Uni Soviet Bisa Runtuh?

Bendera Rusia yang berkibar di Istana Kremlin pada pagi hari 26 Desember 1991, menggantikan bendera Uni Soviet | Sumber Gambar: Getty Images
Bendera Rusia yang berkibar di Istana Kremlin pada pagi hari 26 Desember 1991, menggantikan bendera Uni Soviet | Sumber Gambar: Getty Images

Lantas kembali ke pertanyaan awal, apa yang sebenarnya menyebabkan Uni Soviet runtuh, ya tidak lain memang runtuhnya Uni Soviet dapat dikatakan memang akibat dari ulahnya sendiri. Selama bertahun-tahun sejak didirikan pada tahun 1922, Soviet sepertinya membanggakan sistem pemerintahan otoriter Komunisme mereka yang segalanya terpusat pada pemerintah pusat di Moscow. Soviet juga bangga akan keunggulannya dalam bidang pertahanan dan persenjataan yang mana membuatnya tampak sangatlah kuat di mata dunia. Tetapi sayangnya itu semua sebenarnya hanyalah sesuatu yang tampak di depan layar saja. Tanpa disadari perekonomian mereka sebenarnya sangat rapuh, banyak rakyat yang menderita kelaparan dan harus hidup dalam kesengsaraan di bawah sistem pemerintahan komando Uni Soviet. Terlebih lagi rakyat-rakyatnya dilarang keras untuk mengutarakan pendapat mereka dan bersuara mengenai keburukan dari Uni Soviet.

Berbeda dengan rival utama Uni Soviet, yaitu Amerika Serikat. Mereka juga membangun kekuatan militer mereka agar tidak tersaingi oleh Uni Soviet. Namun mereka juga membangun perekonomian mereka dengan mengembangkan industri-industri yang justru dapat dikonsumsi oleh banyak khalayak masyarakat.

Warga Moscow berbondong mengantri di Kedai McDonald ketika McDonald buka untuk pertama kalinya di Rusia pada 1990 | Sumber Gambar: businessinsider.com
Warga Moscow berbondong mengantri di Kedai McDonald ketika McDonald buka untuk pertama kalinya di Rusia pada 1990 | Sumber Gambar: businessinsider.com

Seperti contoh industri pangan mereka dan majunya industri Fast Food Amerika Serikat seperti McDonald's yang ketika masuk di Rusia untuk pertama kalinya pada tahun 1990 justru banyak diminati oleh warga Rusia, industri perfilman Amerika Serikat yang hingga hari ini sangat diminati oleh warga di seluruh dunia dan bebas dari segala bentuk sensor yang membuat industri perfilman Amerika Serikat semakin maju karena kebebasan rakyatnya untuk berkarya. Maka dari itulah, mengapa Uni Soviet justru kalah saing oleh Amerika Serikat.

Ketika Mikhail Gorbachev berusaha membuat suatu perubahaan dengan kebijakan Glasnost dan Perestroikanya, semuanya sepertinya sudah telat. Ibarat pepatah nasi sudah menjadi bubur, ketika transparasi dimulai pada akhirnya hanya menunjukan sisi buruk Soviet yang seakan sudah menjadi semakin parah. Bahkan pada pidato pengunduran dirinya, Gorbachev sendiri mengatakan:

Kita memiliki banyak hal, tanah, minyak bumi, gas dan sumber daya alam lainnya, dan Tuhan juga telah menganugerahkan kepada kita kecerdasan dan bakat, tetapi kita hidup jauh lebih buruk daripada orang-orang di negara maju, dan kita semakin tertinggal dibelakang mereka.

Pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev bersama Presiden Amerika Ronald Reagan dan Wapres George Bush Sr. pada 1988  | Sumber Gambar: reaganlibrary.gov
Pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev bersama Presiden Amerika Ronald Reagan dan Wapres George Bush Sr. pada 1988  | Sumber Gambar: reaganlibrary.gov

Dalam pidato tersebut Gorbachev sepertinya memang memberi peringatan dan kesan bahwa Uni Soviet sudah tertinggal dibelakang negara-negara lain yang lebih maju, akibat dari rapuhnya sistem pemerintahan di Uni Soviet yang terlalu otoriter. Melihat dari kesuksesan Amerika Serikat yang mana rakyatnya diberi hak dan kebebasan untuk berekspresi dan berkreasi yang pada akhirnya melahirkan produk-produk yang hingga hari ini masih dikonsumsi oleh masyarakat di hampir seluruh belahan dunia. 

Alhasil kebijakan yang tadinya dianggap dapat memperbaiki Uni Soviet, justru pada akhirnya dianggap menjadi penyebab runtuhnya Uni Soviet. Karena memang sudah terlalu terlambat untuk melakukan pembenahan di Soviet.

Warga Kota Berlin menaruh bunga tanda berkabung di Patung Gorbachev setelah meninggalnya Gorbachev pada Agustus 2022 | Sumber Gambar: reuters.com
Warga Kota Berlin menaruh bunga tanda berkabung di Patung Gorbachev setelah meninggalnya Gorbachev pada Agustus 2022 | Sumber Gambar: reuters.com

Pada tanggal 30 Agustus tahun 2022, Mikhail Gorbachev wafat pada usia 91 tahun setelah sakit yang berkepanjangan. Sosoknya hingga kini masih dianggap dan dilihat sebagai sosok yang membawa perdamaiian dan merupakan salah satu tokoh yang memiliki peran dalam mengakhiri Perang Dingin, bersama Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan. Gorbachev juga menerima hadiah penghargaan perdamaiian Nobel pada tahun 1990 atas keberhasilannya membawa perdamaiian yang berujung berakhirnya Perang Dingin.

Tetapi sayangnya, banyak pula orang-orang di Rusia yang menganggap Gorbachev justru sebagai figure yang bertanggung jawab atas runtuhnya Uni Soviet. Menurut mereka jika bukan karena Gorbachev dan kebijakan Glasnost dan Perestroikanya, Uni Soviet mungkin masih berjaya hingga hari ini.


Sumber:

Zubok, Vladislav M. (November 30, 2021). Collapse: The Fall of the Soviet Union. Yale University Press. ISBN: 978-0300257304.

River, Charles. (June 25, 2019). The Collapse of the Soviet Union: The History of the USSR Under Mikhail Gorbachev. Independently published. ISBN: 978-1076230294

Kenez, Peter (October 24, 2016). A History of the Soviet Union from the Beginning to its Legacy. Cambridge University Press. ISBN: 978-1316506233

https://www.history.com/topics/cold-war/fall-of-soviet-union

https://history.state.gov/milestones/1989-1992/collapse-soviet-union#:~:text=Gorbachev's%20decision%20to%20allow%20elections,collapse%20of%20the%20Soviet%20Union.

https://www.britannica.com/story/why-did-the-soviet-union-collapse

https://www.thoughtco.com/why-did-the-soviet-union-collapse-4587809

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun