Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bujukan Mengundi Nasib ke Jakarta

13 April 2024   07:22 Diperbarui: 13 April 2024   07:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jun, menangis seketika. Takut, panik, dan tidak tau apa salahnya. Ia diborgol pula oleh polisi yang mendorong-dorong punggungnya keras untuk masuk ke dalam mobil. Tidak kurang lima mobil polisi terlihat olehnya.

Dini hari itu, di mobil polisi, Jun merasakan burung-burung emprit yang selalu menggodanya di sawah telah terbang menjauh dan seolah jijik melihat dirinya. Ia pun pingsan. Sebab perutnya masih keroncongan sejak tiba tadi.
______

Dari hasil penyidikan dan keterangan kawanan ini, termasuk Samsu. Jun rupanya akan diambil organ ginjalnya jam 8 esok pagi untuk diberikan pada pemesannya. Entah dengan cara operasi atau diambil paksa. 

Pihak kepolisian masih terus menyelidiki sindikat penjualan organ tubuh manusia.

Jun yang dijadikan target atau korban ini kemudian di antar kembali ke desanya hari itu juga oleh pihak kepolisian.

Ia selamat dan akhirnya tidak tertarik lagi dengan ajakan dan bujukan orang-orang untuk mengundi nasib di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun