Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makan Siang

19 Desember 2022   17:28 Diperbarui: 19 Desember 2022   17:45 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

10 tahun sudah ia lewati hari-hari dengan stabil. Sabar, pasrah dan mengikuti kodrat ilahi. Setiap ucapannya selalu bersumber dari langit.

Namun yang mendengar tidak takzim dan tertarik. Malah mengejek dan tukang ngibul. Terutama dari tahanan lain yang bukan perkara korupsi.

Koleganya dari perkara korupsi yang selalu berkumpul dan berbaju koko saling menguatkan. Rata-rata mereka bilang,"semua ini ujian dari Tuhan."

Sudah tujuh tahun pula ia minta bantuan kepada kepala penjara baru tetap saja nihil. Pengurangan hukuman tidak pernah datang padanya.

Selama tujuh tahun itu pula cekikan di leher semakin kuat sebab biaya hidup semakin tinggi di ruang ini oleh fluktuasi rupiah terhadap dolar.

Mau tidak mau untuk mengantisipasi itu ia kerahkan tabungan dari keluarga dan kerabatnya di mana uang itu telah ia simpan dan amankan sejak pertama kali korupsi.

Kini dari keluarga dan kerabatnya pun gigit jari. Tidak ada yang tersisa. Tinggal tabungan istri dan anaknya yang masih ada.

"Tanah dan rumah yang di sana coba ditawarkan dan dijual saja,"pintanya pada istri dan anaknya.

"Sudah, Pak."

"Lalu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun