Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makan Siang

19 Desember 2022   17:28 Diperbarui: 19 Desember 2022   17:45 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tidak ada yang minat."

"Kenapa?"

"Kata mereka takut tanggungjawab di akherat."

"Orang itu bagaimana, takut kok pada akherat. Takut itu tidak punya harta. Akherat itu kan gampang, mati dulu baru tahu. Sebelum mati pergi ke tanah suci. Tenang jadinya."

"Setiap orang punya pikiran beda, Pak."

"Orang-orang tolol itu!"

***

Satu tahun lagi akan bebas ia juga tidak menerima pengurangan hukuman. Harapannya untuk ke tanah suci pupus. Semua harta yang dimiliki punah.

Anak, istri, keluarga, dan kerabat tidak lagi simpan uang darinya. Masyarakat di sekitar kerabat dan keluarga juga tidak lagi ramah, malah cendrung memusuhi.

Tanah dan rumah yang dimiliki dari hasil korupsi tidak pernah ada yang mau membeli lagi. Kendaraan tandas. Sampai anak dan istrinya menyewakan lima kamar di rumahnya untuk disewakan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari hidupnya.  Keduanya kini tinggal di hanya satu kamar yang tersisa.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun