Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Warung Kelontong Pak Otong

29 November 2022   08:13 Diperbarui: 29 November 2022   08:27 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Warung kelontong Pak Otong

Tidak besar namun buka tiap hari 

Tiada kenal tanggalan maupun kelelahan

Dari mulai pagi hingga tengah malam sunyi

Segala macam barang dijualnya

Ada sigaret, ada telur bebek, ada ember, juga ada bola plastik

Segala rupa barang dipajang dan digantung

Konsumen tinggal pilih, ambil, bayar lalu pulang

Begitu adanya

Warung kelontongnya kadang ramai kadang sepi

orang juga datang silih berganti 

Sering tetangga kadang pengendara yang beli

Pak Otong melayani dengan sepenuh hati

Jika ramai pembeli ia kewalahan

Bila sepi ia rebaan

Warung kelontong Pak Otong benar-benar berguna dan berfungsi

Mampu bersaing dengan swalayan dan pedagang eceran

Tapi Pak Otong tidak pernah mau membiarkan tetangga untuk  berutang atau bayar besok

Akhirnya dibilang ia orangnya pelit

Padahal sebenarnya tidak

Pak Otong bukan pelit tapi berhitung cermat dan akurat

Sampai-sampai ia tulis di kertas karton ditempel di etalase warungnya "DILARANG NGUTANG!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun