Relasinya dengan uraian di muka, maka muncul pertanyaan, mengapa parpol peserta pemilu tidak pernah mencalonkan kadernya sendiri untuk jadi capres cawapres?
Selama ini, calon presiden dan wakil presiden selalu diusung oleh parpol koalisi. Tidak pernah sama sekali dimunculkan dari parpolnya sendiri. Padahal parpol sebagai institusi politik yang punya peran mendidik masyarakat untuk demokrasi, demokratisasi, serta monokrasi perlu melakukan terobosan ini.
Merujuk pada waktu yang dua tahun lagi ini bukan tidak mungkin kader partai yang dimunculkan menjadi capres dan cawapres sejak sekarang bisa memancing gairah publik untuk memilihnya kelak. Misalnya partai Umat atau partai Gelora.
Ketimbang nanti pada saat pemilu terseok-seok untuk sekadar berjuang meraih suara, sekalian saja tampilkan capres cawapres kadernya yang bakal diusungnya. Terlepas apakah nanti bakal mendulang suara atau tidak sebagaimana aturan ambang batas itu.
Sebab bila semangat idealisme untuk melakukan perubahan sebagaimana yang disuarakan parpol tersebut selama ini, maka perubahan itu mesti dilakukan secara mandiri dari partainya sendiri.
Karena dalam konteks ini, pemilu di Indonesia masih serba memungkinkan untuk secara ajaib menjadi parpol besar kelak. Begitu juga dengan parpol baru lainnya setali tiga uang. Kader potensial yang dimunculkan itu akan masuk jadi radar para pemilih kelak, siapa tahu. Bukankah politik pemilu ini juga bersifat peruntungan bagi siapapun yang punya kehendak untuk tampil.
Sementara untuk parpol mapan juga demikian. Ketimbang ribut-ribut tidak karuan antara kemungkinan Puan Maharani atau Ganjar Pranowo yang bakal diusungnya, kenapa tidak dua kader terbaik PDIP itu dicalonkan sejak sekarang.
PDIP mestinya tidak lagi bicara tentang kader dari partai lain. Stock kadernya terus muncul hingga sekarang dan memiliki kapasitas yang bisa dikatakan sudah teruji secara politik.
Jika saja ini dimunculkan bukan tidak mungkin partai lain yang tidak percaya diri dan mengaku tidak punya kader sebagai capres cawapres akan merapat sejak sekarang.
Politik sebagaimana yang berlaku sekarang ini hanya terpaku pada persoalan aturan ambang batas semata yang menakutkan untuk kader partainya tidak bisa lolos untuk dicalonkan.
Padahal sebagai gudangnya kader yang disasar untuk jadi calon pemimpin di tingkat nasional, parpol seharusnya tidak berkutat di area itu semata. Parpol akan dinamis.