Misalnya di parpol itu ada semacam MEKANISME KERJA pemerintahan bayangan sebagai jalan untuk mempersiapkan kadernya kelak di saat kontestasi pemilu. Khususnya siapa kader yang jadi presiden atau wapres, siapa yang jadi legislator, dan siapa yang jadi pejabat publik lainnya, termasuk di tingkat lokal.
Dan, siapa pula yang mengelola parpol itu secara administratif di luar kader yang sudah dipersiapkan untuk ambil bagian nanti dalam pemerintahan pasca memenangi pemilu.
Tiga hal ini kemungkinan sekali belum dilakukan, sehingga tiap pemilu selalu cawe-cawe. Partai poliitik telah terbiasa akan mencalonkan si Fulan dan si Filan dari luar partainya. Atau berkoalisi untuk terpenuhinya ambang batas 20 persen itu.
Karena semua parpol itu ada dan didirikan hanya sibuk untuk syahwat kekuasaan. Justru terlihat tidak menyibukkan diri sebagaimana parpol seharusnya didirikan untuk menghasilkan kader bagi calon pemimpin bangsa ini.Â
Padahal bukan tidak mungkin akan ada efek kejut bila parpol segurem apapun berani pasang target capres cawapresnya untuk pemilu 2024 nanti.